Dianggap Pro China, 4 Kandidat Presiden Filipina Menentang Kebijakan Rodrigo Duterte

- 23 Maret 2022, 10:04 WIB
Kandidat Presiden Filipina
Kandidat Presiden Filipina /Asianews/

MEDIA PAKUAN - Empat dari lima kandidat utama dalam pemilihan presiden Filipina yang akan digelar 9 Mei mendatang, menentang kebijakan presiden saat ini yakni Rodrigo Duterte, yang dianggap terlalu pro-Beijing.

Duterte mengurangi ketegangan dengan Beijing dan mengabaikan putusan Pengadilan Arbitrase Internasional di Den Haag, yang menyebut klaim China hingga 90 persen Laut China Selatan tanpa dasar hukum. 

Filipina bersama dengan Vietnam, Brunei, Malaysia, Taiwan, menentang klaim teritorial China. Sementara Indonesia berada pada tingkat lebih rendah dalam penentangannya.

Baca Juga: Panas, China Sebut AS sebagai Pelanggar HAM Terbesar di Dunia Pasca Dituduh Menindas Orang Uyghur

Kapal perang AS terus melakukan patroli rutin di dekat pos-pos militer ini, untuk menekan ekspansi China.

Sementara itu Wakil Presiden Filipina saat ini Leni Robredo mengatakan bahwa jika dia menang pemilihan, akan membentuk koalisi negara-negara melawan aksi militer China di perairan yang disengketakan.

Senator Panfilo Lacson memandang Filipina harus memperkuat aliansinya dengan Amerika Serikat, Jepang, Australia, Uni Eropa dan pemerintah lain dengan angkatan bersenjata yang kuat.

Sebaliknya Duterte mengumumkan untuk menjaga jarak dari sekutunya AS. Pada akhir Juli 2021, ia membatalkan Perjanjian Pasukan Kunjungan yang memungkinkan pasukan AS ditempatkan di Filipina.

Baca Juga: Cegah Pesawat Asing Menyusup, Hungaria Tingkatkan Patroli Udara: Angkatan Udara Disiagakan

Sementara itu petinju Manny Pacquiao, calon dari partai PDP-Laban, mengatakan bahwa Manila harus tegas melawan intimidasi Beijing. Duterte terlalu lunak terhadap China terkait sengketa wilayah.

Calon keempat, Walikota Manila Isko Moreno, mengatakan bahwa negara harus meningkatkan kehadiran militernya di wilayah yang disengketakan.

Ferdinand Bongbong Marcos Jr, putra diktator yang memerintah Filipina dari tahun 1965 hingga 1986, sejauh ini tetap ambigu dalam masalah teritorial dengan China.

Sara Zimmerman Duterte-Carpio, putri presiden yang mencalonkan diri sebagai wakil presiden, menunjukkan mencari keseimbangan yang sulit antara Beijing dan Washington.

Baca Juga: Kejadian Aneh di Tanah Suci Makkah, Ada Jenazah Diganggu Ular Hitam Ketika Hendak Dikuburkan, Ini Kesalahannya

Sementara negara-negara ASEAN telah lama berkomitmen untuk berunding dengan China dalam mengatur navigasi di Laut China Selatan.

Robredo, Lacson, Pacquiao dan Moreno menyetujui ide kegiatan eksplorasi bersama di Laut Cina Selatan, yang kaya akan cadangan minyak dan gas.

Namun bagi Wakil Presiden Robredo, hal tersebut bisa terjadi jika semua pihak mengakui keputusan pengadilan Den Haag. ***

Editor: Siti Andini

Sumber: asianews.it


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah