MEDIA PAKUAN-Para biksu Myanmar meminta junta militer untuk mengakhiri kekerasan terhadap pengunjuk rasa.
Para biksu Budha Myanmar memiliki sejarah sebagai pejuang "Revolusi Saffron" pada tahun 2007 untuk melawan militer. Meskipun dalam tekanan, mereka dapat membantu mengantarkan reformasi demokrasi.
Sementara itu, menurut laporan media setempat, kelompok Biksu Buddha paling kuat Myanmar meminta kepada pasukan keamanan negara tersebut untuk menghentikan kekerasan terhadap pengunjuk rasa, Rabu, 17 Maret 2021.
Baca Juga: Inggris Tambah Stok Hulu Ledak Nuklir Lebih dari 40 Persen, Boris Johnson: Rusia Ancaman Paling Akut
Asosiasi tersebut menuduh polisi Myanmar melakukan pembunuhan dan penyiksaan terhadap warga sipil yang tidak berdosa sejak kudeta pada 1 Februari.
Mereka mengecam tindakan keras militer secara terbuka dan meminta untuk menghentikan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa.
Portal berita Myanmar Now yang mengutip seorang biksu yang ikut menghadiri pertemuan komite melaporkan, Komite Sangha Maha Nayaka Negara (Mahana) akan mengeluarkan pernyataan akhir setelah berkonsultasi dengan menteri urusan agama pada Kamis.
Sementara itu, anggota dari Mahana tidak berhasil untuk dimintai komentar. Namun sikap mereka yang dilaporkan menunjukan keretakan dengan pihak berwenang oleh sebuah kelompok yang biasanya bekerja sama dengan pemerintah.
Baca Juga: TEWAS BERTAMBAH! Pengunjuksasa Myanmar Tidak Mau Mengalah, Junta Militer Siksa Warga hingga Dibunuh