Departemen Energi AS Jadi Korban Peretasan, Tuduhan Kuat Tertuju Pada Negara Ini

- 18 Desember 2020, 18:50 WIB
Ilustrasi hacker atau peretas.
Ilustrasi hacker atau peretas. /Unsplash/Mbaumi

MEDIA PAKUAN - Departemen energi Amerika Serikat (AS) yang bertanggung jawab dalam mengelola senjata nuklir dikabarkan kena retasan Hacker.

Beruntung peretasan tersebut tidak mempengaruhi senjata nuklir.
 
Menurut seorang juru bicara departemen energi AS, Shaylyn Hynes, pada peretasan itu terdapat malware, akan tetapi itu tidak mempengaruhi fungsi penting keamanan nasional departemen energi AS, hanya saja mengganggu pada jaringan.
 
 
Ada satu Negara yang kemudian dicurigai sebagai dalang dari peretasan yang terjadi pada departemen energi AS ini. 

Selain departemen energi, sebenarnya sistem komputer departemen keuangan dan perdagangan juga sempat terkena retasan pada bulan Maret.
 
Kasus itu kemudian dituduhkan pada Rusia.

Senator Deb Fischer juga pernah mengalami gangguan karena peretas mengganggu jaringan NNSA.
 
Fungsi keamanan nasional atau NNSA sendiri merupakan cabang dari perusahaan yang mengelola senjata-senjata nuklir negara.
 

Presiden baru AS Joe Biden mengatakan bahwa serangan dunia maya yang terjadi pada AS merupakan "perhatian besar"

Joe Biden menganggap kejadian itu akan menjadi prioritas utamanya.

"Kami telah belajar dalam beberapa hari terakhir tentang apa yang tampaknya menjadi pelanggaran keamanan siber besar-besaran yang mempengaruhi ribuan korban, termasuk perusahaan AS dan entitas pemerintah federal," kata Biden.

"Ada banyak hal yang belum kita ketahui, tapi yang kita ketahui adalah masalah yang sangat memprihatinkan," lanjutnya.

"Saya ingin memperjelas; pemerintahan saya akan menjadikan keamanan siber sebagai prioritas utama di setiap tingkat pemerintahan - dan kami akan menjadikan penanganan pelanggaran ini sebagai prioritas utama sejak kami menjabat." pungkasnya.
 

Dia juga mengatakan, pihaknya akan menindak lanjut pelaku itu.
 
Peretasan yang terjadi pada Departemen energi AS kini kabarnya memperkirakan dengan bukti kuat bahwa negara Rusia adalah pelakunya. ***

Editor: Siti Andini

Sumber: Sky News


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah