China Peringatkan Lagi Indonesia Untuk Hentikan Aktivitas di Lautan Natuna

29 Desember 2021, 12:58 WIB
China Peringatkan Lagi Indonesia Untuk Hentikan Aktivitas di Lautan Natuna /Ilustrasi Pixabay/

MEDIA PAKUAN - China telah berulang kali meminta Indonesia untuk menghentikan proyek pengembangan minyak dan gas alam di Laut China Selatan, mengklaim telah melanggar perairan teritorialnya, menurut laporan Nikkei.

Pengeboran eksplorasi dimulai pada bulan Juli di dekat pulau-pulau Natuna di dalam zona ekonomi eksklusif Indonesia, yang tumpang tindih dengan klaim teritorial "sembilan garis putus" China yang mencakup sebagian besar laut.

Selain protes, China telah mengirim kapal penjaga pantai ke daerah itu untuk meningkatkan tekanan, kata sumber pemerintah Indonesia, mengutip keterangan saksi mata.

Baca Juga: Rupiah Melemah Picu Kembali Kekhawatiran Covid-19 Varian Omicron di Indonesia

Dilansir dari Nikkei Asia 28 Desember 2021, Jakarta berpendapat bahwa tidak ada sengketa wilayah dengan China, belum mengungkapkan protes Beijing.

Indonesia rupanya menganggap tanggapan publik terhadap protes itu sama saja dengan mengakui adanya sengketa.

Putaran pengeboran selesai pada akhir November, kata Wakil Laksamana Aan Kurnia, yang mengepalai Badan Keamanan Laut Indonesia, yang dikenal sebagai Bakamla.

China memiliki sengketa wilayah di Laut China Selatan. Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan semuanya telah membuat klaim.

Baca Juga: Sebut Berkhasiat Daging Buaya Jadi Makanan Favorit Warga Thailand

Beijing telah mengintensifkan aktivitas di dekat pulau-pulau Natuna sejak 2019, meningkatkan ketegangan dengan Jakarta.

Pada Mei 2020, Indonesia mengirim surat kepada PBB yang menolak klaim historis Beijing di laut yang ditunjukkan oleh peta sembilan garis putus-putusnya.

China pada gilirannya mengirimkan surat kepada PBB yang mempertahankan klaim di Laut China Selatan sambil mencari solusi melalui negosiasi. Indonesia menolak untuk datang ke meja.

Aktivitas maritim China yang agresif menggemakan strateginya atas Kepulauan Senkaku yang dikelola Jepang, yang diklaim dan disebut Beijing Diaoyu.

Baca Juga: Mantan Pemain Persib Bandung Makan Konate Resmi Bergabung dengan Persija Jakarta

Dari awal tahun hingga Minggu, kapal Penjaga Pantai China telah memasuki perairan teritorial Jepang di dekat Senkaku di Laut China Timur selama total 40 hari, menurut Penjaga Pantai Jepang.

Tokyo menyatakan bahwa tidak ada perselisihan tentang Senkaku dan bahwa pulau-pulau itu secara tegas merupakan bagian dari Jepang. Namun Tokyo tidak memiliki alternatif selain mengajukan keluhan setiap kali kapal China memasuki perairan teritorial.

Dalam sebuah artikel November, Kantor Berita Xinhua milik negara China memaparkan keterlibatan mendalam Presiden Xi Jinping dalam serangan Senkaku dan dalam kasus arbitrase Laut China Selatan. "Xi telah mempelopori perencanaan strategis dan taktis dan, jika perlu, campur tangan secara pribadi," kata teks itu.

Indonesia berupaya memperkuat pertahanan di dalam dan sekitar Natuna, mencurigai bahwa China sedang menjajaki peluang untuk merebut kendali efektif atas pulau-pulau tersebut. Militer Indonesia sedang memperpanjang landasan pacu pangkalan udara agar pesawat tambahan dapat dikerahkan.

Baca Juga: Jadwal Tayang Star Wars: The Book of Boba Fett, Pemburu Hadiah Datang ke Galaxy

Pembangunan pangkalan kapal selam juga telah dimulai. Kapal penangkap ikan lokal mengambil bagian dalam sistem peringatan dini untuk mengawasi kapal-kapal China yang mendekat.

Indonesia dan AS sedang membangun fasilitas pelatihan bersama untuk personel penjaga pantai di dekat Natuna. Kedua negara mengadakan latihan militer gabungan terbesar mereka hingga Agustus ini, yang mencakup tiga lokasi di Indonesia. Latihan tersebut mensimulasikan pertahanan pulau.

Konflik atas Natuna telah memperburuk sentimen Indonesia terhadap China. Sekitar 25 warga memprotes serangan China ke perairan teritorial Indonesia pada 8 Desember di depan Kedutaan Besar China di Jakarta.

Namun, Jakarta ingin menghindari gejolak militer yang tidak disengaja dengan mitra dagang utamanya.

Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto mengadakan pembicaraan online dengan mitranya dari China pada 30 November dan menekankan keinginannya untuk membangun kepercayaan.***

 

 

 

 

 

Editor: Popi Siti Sopiah

Sumber: Nikkei Asia

Tags

Terkini

Terpopuler