MEDIA PAKUAN - Pada 29 Juni lalu Presiden Jokowi bersama ibu Iriana bertolak ke Ukraina dalam rangka kunjungan kerja.
Tak hanya kunjungi Ukraina, Jokowi juga datangi Rusia. Kedatangan Jokowi ke ke Ukraina dan Rusia membawa cerita tersendiri.
Bahkan sebuah pemberitaan yang mencengangkan dan mencatut dari salah satu media dan beredar di media sosial baru-baru ini.
Baca Juga: Uji Coba Persenjataan AS Kembali Gagal, Meledak Minotaur II Meledak 11 Detik Setelah Peluncuran
Dalam artikel itu dikatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah merendahkan Ukraina karena menyampaikan pesan damai ke Presiden Rusia Vladimir Putin.
Artikel tersebut telah beredah pada 1 Juli 2022 lalu, yang berjudul : PRESIDEN ZELENSKY DAN RAKYAT UKRAINA BANTAH DAN MARAH SUDAH DI FITNAH DAN DI RENDAHKAN JOKOWI".
Namun, ternyata hal ini dibantah Kantor Presiden Ukraina. Di mana, sekretaris pers untuk Kantor Presiden Serhii Nikiforov, menyatakan Zelenskyy hanya akan menyampaikan pesan secara terbuka melada Putin.
Baca Juga: Ini Niat Sholat Idul Adha, Arab, latin, Beserta Arti dan Penjelasannya
Setelah dilakukan penelusuran untuk cek fakta, artikel tersebut tidak pernah ditulis dan ditayangkan oleh CNN Indonesia.
Melansir akun Facebook resminya, Pemimpin Redaksi CNN Indonesia Titin Rosmasari menyatakan bahwa artikel seperti pada hasil tangkapan layar yang beredar tidak dibuat atau diterbitkan oleh CNN Indonesia.
Titin menegaskan, pembuat dan penyebar konten itu telah melanggar Pasal 9 UU Hak Cipta karena menggunakan nama dan logo CNN Indonesia tanpa izin. Serta melanggar Pasal 28 ayat (1) UU ITE karena menyebarkan hoaks.
Baca Juga: Awal Keretakan Rumah Tangganya, Nathalie Holscher Sempat Saling Sindir dengan Putri Delina
Seperti di ketahui, pada pemberitaan 5 Juli lalu,Nikiforov mengatakan fokus pembicaraan Jokowi dan Zelensky adalah gandum. Di mana blokade pelabuhan Ukraina menjadi masalah besar.
"Indonesia adalah salah satu importir gandum terbesar dari Ukraina, dan blokade pelabuhan Ukraina adalah fokus utama pembicaraan antara presiden (Indonesia dan Ukraina) di Kiev," ujarnya seperti dikutip dari Ukrainska Pravda, awal pekan ini.***