Network
MEDIA PAKUAN - Jurnal Nature membahas tahapan penggantian 20 persen konsumsi daging sapi dan domba global dengan protein bertekstur daging yang ditanam di tong stainless steel.
Menurut penelitian protein berstruktur daging dapat mengurangi emisi karbon dioksida dan deforestasi terkait pertanian hingga setengahnya pada tahun 2050.
Jurnal Nature menyebutkan ditengah pertumbuhan populasi dan permintaan makanan saat ini, menggantikan setengah konsumsi daging merah dengan apa yang disebut protein mikroba akan berdampak pada pengurangan hilangnya pohon dan polusi karbon dioksida lebih dari 80 persen.
Peneliti di Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim, Florian Humpenoder, mengatakn
"Dengan perubahan yang relatif kecil dalam konsumsi daging ruminansia, emisi gas rumah kaca dari deforestasi tropis dapat sangat dikurangi," katanya.
Mengacu pada Perjanjian Paris tentang iklim yang bertujuan untuk menghentikan suhu pemanasan bumi tidak lebih dari 2 derajat Celcius.
Menurutnya Ini merupakan kontribusi penting untuk mencapai target Perjanjian Paris, dengan tambahan manfaat tambahan untuk tujuan keberlanjutan lainnya.
Tiga laporan iklim oleh PBB sejak Agustus 2021 menyebutkan bahwa perjanjian Paris berada dalam bahaya serius.
Sistem pangan global menyumbang sekitar sepertiga dari semua polusi karbon, dan produksi daging sapi adalah penyebab utama dalam sektor pertanian, penasehat iklim PBB menyebutkan bahwa industri peternakan merupakan ancaman ganda.
Ini tidak hanya menghancurkan hutan tropis menyerap karbon dioksida untuk memberi ruang bagi padang rumput penggembalaan dan tanaman pakan ternak. Selain itu, ternak yang bersendawa merupakan sumber utama metana.***
