Folemik antara Pro dan Kontra Peringatan Maulid Nabi

- 25 Oktober 2020, 08:25 WIB
peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Foto ilustrasi. /mui.or.id
peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Foto ilustrasi. /mui.or.id /

MEDIA PAKUAN - Tanggal 12 Rabi’ul Awwal, menjadi salah satu tanggal yang spesial bagi warga Ahlus Sunnah wal Jama’ah An-Nahdliyyah.

Semua menjadi larut dan tenggelam dalam euforia perayaan hari kelahiran Nabi Agung Muhammad SWT.

Baca Juga: Hari Ini! Shopee Gajian Sale Hadirkan Gratis Ongkir, Cashback 100%, dan Flash Sale 60RB!

Dibalik semaraknya perayaan Maulud Nabi menjadikannya polemik antara pro dan kontra. Perayaan Maulid Nabi SAW telah menjadi polemik sejak berabad-abad lamanya.Ada pro dan kontra.

Sebagian Muslim memandang perayaan Maulid sebagai amal saleh yang pelakunya diberikan pahala. Sebagian lain memandang, ia merupakan bid'ah sesat yang pelakunya diancam neraka.

Baca Juga: Perbedaan dan Arti Makna Maulid, Maulud, atau Milad Mana yang Benar

Kubu argumen pertama yang pro.

Pihak pencinta Maulid menuduh orang-orang yang tidak mengikuti perayaan Maulid sebagai: "Tidak mencintai Rasulullah."

Sedangkan tujuan dari Maulid sendiri adalah mengingat kembali segala sesuatu tentang Rosulullah sehingga bertambah rasa cinta kepada beliau dan bertambah semangat dalam mengikutinya.
 
 
Waktu dan apa-apa yang dibaca dalam Maulid berupa bacaan al-Qur’an dan Sholawat Nabi, atau makan-makan, yang mana makanan itu merupakan bentuk shodaqoh adalah kebaikan-kebaikan yang diperintahkan secara mutlak
 
Di antara ulama yang mendukung Maulid adalah: Imam As-Suyuthi, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, Ibnu Dihyah, Ibnul Jauzi, Al-’lraqi, As-Saakhawi, dan Iain-lain. Sementara ulama yang menentang Maulid, antara lain: Ibnul Hajj, Al-Fakihani, Ibnu Taimiyah, Imam Asy- Syathibi, dan Iain-lain.

Di zaman modern pun muncul ulama-ulama pendukung dan penentang. Adapun Majelis Tarjih Muhammadiyah bersikap moderat.

Baca Juga: Terupdate Jadwal Acara Siaran RCTI 25,26 dan 27 Oktober 2020

Argumen dari kubu yang kontra

Sementara pihak penentang Maulid ada yang berkata: "Daging sembelihan yang dihidangkan saat perayaan Maulid lebih haram dari babi. Sebaiknya perayaan Maulid Nabi itu ditinggalkan dengan beberapa alasan:

a. Bahwa Rosulullah sama sekali tidak pernah merayakan Maulidnya sendiri dan tidak pula beliau memerintahkan para sahabat untuk merayakannya.
b. Para sahabat khususnya al-khulafa ar-rosyidun tidak pernah merayakan Maulid Nabi, padahal merekalah yang paling mencintai Nabi SWT
c. Bila Nabi dan para sahabat tidak melakukannya, mengapa kita melakukannya, bukankah Rosulullah SWT pernah bersabda:

Baca Juga: Polres Sukabumi Kota Gandeng Ponpes Dzikir Al Fath Kembangkan Tanaman Pangan dan Herbal

”Berpegang teguhlah kalian kepada sunahku dan sunah al-khulafa ar-rosyidin yang mendapat petunjuk”

d. Bila kita melihat sejarah, Maulid itu muncul di era dinasti Fathimiyah yang mana mereka beraliran syiah bathiniyah.
e. Waktu, rangkaian acara dan lantunan-lantunan yang dibaca dalam maulid, apakah pernah ada tuntunannya dari Rosulullah?

f. Biasaanya dalam perayaan Maulid ada kemaksiatan-kemaksiatan, seperti ikhtilath antara laki-laki dan wanita atau lainnya.
g. Dalam hal yang berkaitan dengan agama harus berdasarkan kepada dalil, apakah perayaan Maulid Nabi ada dalilnya?

Baca Juga: Pesantren Ajak Warga Sukabumi Konsumsi Sorgum

Diantara ulama yang menganjurkan untuk meninggalkan maulid Nabi adalah Syekh ‘Utsaimin, Syekh Ibnu Bazdan Syekh Sholeh al-Fauzan.

" Tidak mudah menentukan pendapat mana yang benar dan mana yang salah, karena masing-masing pendapat didukung oleh ulama-ulama besar yang mumpuni, ahli Syariat, menjadi rujukan Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

Telah kita saksikan bersama bahwa maulid ini memang selalu menjadi bahan pebincangan karena adanya pihak yang tidak setuju dan pihak yang mendukung, dan semua pihak ternyata punya argumen dan hujah yang patut kita hormati.

Baca Juga: Akhir Pekan Hujan Deras Mengguyur Sukabumi dan Seluruh Kota dan Kabupaten Di Jawa Barat

Dan memang masalah ini sudah diperbicangkan dari dulu, maka sudah selayaknya bagi kita untuk menghentikan ini demi terciptanya keharmonisan dan persatuan umat Islam.

Yang tidak setuju dengan Maulid maka tidak ada paksaan untuk ikut melaksakannya, dan hendaklah jangan mencibir orang-orang yang melaksanakan maulid.

Begitu pula yang mendukung Maulid hendaklah melaksakannya dengan cara yang penuh hikmah tanpa ada cacian dan kebencian kepada pihak yang tidak setuju.

Alangkah indahnya bila kita bisa saling memahami dan menghormati, karena sejatinya, ajaran inti dari Islam adalah untuk menebar perdamaian, kasih sayang dan keadilah kepada seluruh umat manusia.***

 

 

 

 

 

 

Editor: Popi Siti Sopiah

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah