Jangan Salah, Berikut Ini Ciri Ukhuwah Islamiah di Jalan Allah Menurut Ibnu Athaillah

- 16 Desember 2022, 19:00 WIB
Ilustrasi: ciri ukhuwah islamiah di jalan Allah menurut Ibnu Athaillah
Ilustrasi: ciri ukhuwah islamiah di jalan Allah menurut Ibnu Athaillah /Pixabay/OpenClipart-Vectors

MEDIA PAKUAN - Sahabat kita bisa saja orang yang terjalin ukhuwah Islamiyah (saudara segama), ukhuwah wathaniyah (saudara sebangsa), atau ukhuwah basyariyah (saudara sesama manusia).

Sahabat kita bisa jadi orang menyapa kita dengan “assalamu alaikum,” “selamat pagi,” “selamat menempuh hidup baru,” orang yang hadir dalam susah-senang kita, atau orang yang menemani kita menghabiskan waktu sekian jam di kedai kopi.

Namun, sahabat sejati kita di jalan Allah adalah orang yang mengantarkan pikiran kita ke jalan Allah meskipun tidak akrab atau tidak saling kenal. Syekh Ibnu Athaillah menyatakan sebagai berikut:

Baca Juga: Berikut Ini 5 Hal yang Harus Dipersiapkan untuk Bekal Kehidupan di Akhirat, Yuk Amalkan

لا تصحب من لا ينهضك حاله ولا يدلك على الله مقاله

Artinya, “Jangan bersahabat dengan orang yang keadaannya tidak membuatmu bangkit dan ucapannya tidak menunjukimu kepada Allah.”

Kata “keadaan” (hâl) bisa diartikan sebagai sesuatu yang bersifat nonverbal. Ia bisa bermakna perilaku keseharian yang menjadi ungkapan nonverbal. Kata ini sering kita dengar dalam ungkapan “Lisânul hâl afshahu min lisânil maqâl” atau “bahasa” nonverbal lebih efektif daripada bahasa verbal.

Sahabat sejati adalah orang yang keadaan dan ucapannya dapat mengubah seseorang dari lalai ke terjaga, dari maksiat ke tobat, dari gemar dunia ke zuhud dan seterusnya, meski tak selalu dai, penceramah, atau ustadz-ustadzah.

Bahkan diamnya sahabat sejati itu justru membawa orang di dekatnya sampai ke hadirat Allah. Inilah sejatinya ukhuwah Islamiyah. Singkatnya, sahabat sejati itu orang yang mengantarkan seseorang menjadi naik kelas sebagai keterangan Syekh Ibnu Ajibah berikut ini:

Baca Juga: Penuh Inspirasi! Berikut 10 Kata-kata Bijak Umar Bin Khattab, Cocok Dijadikan Renungan Diri

قلت الذي ينهضك حاله هو الذي ذا رأيته ذكرت الله فقد كنت في حال الغفلة فلما رأيته نهض حالك إلى اليقظة أو كنت في حالة الرغبة. فلما رأيته نهض حالك إلى الزهد أو كنت في حالة الاشتغال بالمعصية فلما رأيته نهض حالك إلى التوبة أو كنت في حالة الجهل بمولاك فنهضت إلى معرفة من تولاك وهكذا والذي يدلك على الله مقاله هو الذي يتكلم بالله ويدل على الله ويغيب عما سواه إذا تكلم أخذ بمجامع القلوب وإذا سكت أنهضك حاله إلى علام الغيوب فحاله يصدق مقاله ومقاله موافق لعلمه فصحبة مثل هذا اكسير يقلب الأعيان

Artinya, “Menurut saya, orang yang keadaannya membuatmu bangkit adalah orang yang ketika kaulihat kau menjadi ingat Allah yang sebelumnya kau dalam keadaan lalai. Ketika kau melihatnya, keadaanmu bangkit menjadi terjaga. Bisa jadi sebelumnya kau sangat cinta dunia.

Ketika melihat orang itu, semangatmu bangkit untuk zuhud. Boleh jadi sebelumnya kau tengah berenang dalam lautan maksiat.

Ketika melihatnya, kau bangkit untuk tobat kepada Allah. Ada kala kau dalam kondisi al-jahil billah. Tetapi ketika melihatnya, kau bangkit beralih menjadi al-arif billah. Dan seterusnya, dan seterusnya.

Baca Juga: Berikut Bacaan Niat dan Doa Setelah Shalat Isyraq yang Wajib Kita Ketahui dan Kita Amalkan

Sedangkan orang yang ucapannya menunjukimu kepada Allah adalah orang yang berbicara dengan kekuatan Allah, menunjukimu kepada-Nya, dan lenyap selain-Nya.

Bicaranya tulus sepenuh hati. Diamnya mengantarkanmu bangkit menuju Allah Yang Maha Ghaib. Keadaan orang ini membenarkan ucapannya. Ucapannya sesuai dengan ilmunya.

Persahabatan dengan orang seperti ini sama halnya dengan eliksir yang mengubah keadaan suatu benda,” (Lihat Syekh Ibnu Ajibah, Iqazhul Himam, Beirut, Darul Fikr, juz I, halaman 74-75).

Wallahu'alam, semoga bermanfaat.***

Editor: Popi Siti Sopiah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x