Korban DBD Berjatuhan di Jabar, Benarkan Gejala DBD Dulu dan Sekarang Berbeda? Cek Perbedaanya !

27 Maret 2024, 12:12 WIB
Benarkan Gejala DBD Dulu dan Sekarang Berbeda? Cek Perbedaanya ! /Pixabay/

MEDIA PAKUAN - Perubahan cuaca yang ekstrim sangat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh manusia, Musim peralihan dari hujan ke kemarau membuat penyakit demam berdarah dengue (DBD) semakin mengganas di Jawa Barat (Jabar).

Sejak awal tahun hingga 25 Maret 2024, Dinas Kesehatan Jabar mengungkapkan, ada 11.729 orang yang terjangkit DBD di seluruh Jabar. Dari jumlah itu, 105 di antaranya meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian mengungkap, terjadi perbedaan gejala penyakit demam berdarah (DBD) dulu dan sekarang. Perbedaan itu ditemukan dalam mayoritas kasus DBD di Kota Bandung.

"Gejalanya itu demam tidak kunjung sembuh. Dan tidak ada gejala bintik merah. Ini yang perlu diwaspadai," kata Anhar di Balai Kota, Selasa.

Baca Juga: Dampak Musim Kemarau Kasus DBD di Kota Sukabumi Bertambah, Damayanti: Dinkes Ajak Warga 3 M+Plus, Apakah itu?

Seperti diketahui, gejala-gejala demam berdarah yang umum dan harus diwaspadai yaitu demam mendadak, sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan muntah, manifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah, kulit ruam kemerahan, dan nyeri otot, tulang, dan sendi.

Anhar merasa khawatir, gejala DBD "baru" ini menyerupai gejala flu biasa sehingga masyarakat akan menganggap gejala yang dialami tersebut merupakan penyakit flu biasa.

Meski begitu, Anhar menjelaskan ada perbedaan mendasar antara gejala flu biasa dan gejala DBD yang belakangan muncul.

"Jadi gejalanya demam. Dua-tiga hari naik, turun sedikit, naik lagi. Perbedaannya dengan flu, jika flu, itu saat diberi paracetamol, istirahat yang cukup dan makan yang banyak, itu akan kembali pulih. Nah, kalau DBD ini setelah dua-tiga hari, dia tidak membaik," bebernya.

Oleh karena itu, Anhar mengingatkan kepada masyarakat yang mengalami gejala demam tak kunjung sembuh selama lebih dari dua hari untuk segera mengakses layanan kesehatan.

Baca Juga: Rentan Bencana dan Penyakit DBD, Ratusan Personel Gabungan di Kota Sukabumi Lakukan Aksi Bersih-bersih

Sampai Jumat 22 Maret 2024, jumlah kasus DBD di Kota Bandung kumulatif sepanjang 2024 menyentuh angka 2.098. Oleh karenanya, ia meminta semua pihak meningkatkan kewaspadaan.

Dinkes Jabar juga mencatat empat wilayah yang memiliki kasus tertinggi DBD. Keempat wilayah yang harus diwaspadai itu yakni Kabupaten Subang, Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Bogor.

Menanggapi tingginya kasus DBD di Jabar, Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin mengatakan, Pemerintah Provinsi Jabar telah menyiapkan alat pendeteksi pasien DBD secara cepat, NS-1.

Selain NS-1, Jabar juga mendapatkan bantuan logistik dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berupa larvasida (bubuk Abate), insektisida, dan lainnya.

Pemeriksaan Dengue Antigen (NS1) merupakan pemeriksaan yang berfokus pada proses identifikasi antibodi. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) disebabkan oleh infeksi virus dengue.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementeriaan Kesehatan Imran Pambudi mengatakan, Jabar menjadi salah satu wilayah yang menjadi sorotan dalam pencegahan DBD karena memiliki kepadatan penduduk yang tinggi.***

Editor: Popi Siti Sopiah

Sumber: PRFM News

Tags

Terkini

Terpopuler