Malaysia Siaga Kemungkinan Infeksi Covid-19 dan DBD Bersamaan: DBD Meningkat Tajam

- 23 Mei 2022, 13:14 WIB
Ilustarasi DBD
Ilustarasi DBD /PIXABAY/@mikadago
 
MEDIA PAKUAN - Malaysia melaporkan peningkatan sekitar peningkatan demam berdarah sebesar 11% dari awal tahun 2022 hingga pertengahan Februari dibandingkan periode yang sama pada tahun 2021.
 
Pada tahun 2021 Malaysia mencatat jumlah kasus terendah dengan 26.365 kasus demam berdarah, turun 70,8% dari 90.304 kasus pada tahun 2020.

Prof. Dr Sharifah Faridah Syed Omar dari Pusat Medis Universitas Malaya mengatakan alasan belum bisa ditentukan namun pembatasan pandemi Covid-19 diperkirakan  menjadi faktor pendukungnya
 
Baca Juga: Kenakan Hanbok, Maudy Ayunda Menikah dengan Pria Korea?

Menurutnya bahwa “Secara teoritis, semakin sedikit orang yang bergerak, semakin sedikit interaksi dengan nyamuk. Saat kita bergerak lebih banyak, kita mungkin melihat peningkatan kasus,” katanya.

“Namun, berdasarkan data sebelumnya, wabah terjadi setiap empat hingga lima tahun dan oleh karena itu diperkirakan, wabah berikutnya mungkin terjadi dalam beberapa tahun ke depan," katanya.

Sementara situasi Covid-19 masih belum selesai,  demam berdarah sudah menjadi penyakit endemik di Malaysia, hingga menimbulkan pertanyaan banyak pihak, apa yang akan terjadi jika  terinfeksi Covid-19 dan demam berdarah pada saat yang bersamaan. 
 

Menurut Sharifah Faridh “Ini jarang terjadi, namun bisa terjadi terinfeksi secara bersamaan. Maka risiko morbiditas dan kematian yang parah meningkat, ”katanya.
 
Kesamaan keduanya disebabkan oleh virus, dengan gejala awal demam tiba-tiba, nyeri tubuh dan otot, tetapi dengan beberapa perbedaan utama.

Ia mengingatkan pasien Covid-19 sebagian besar mengalami gejala pernapasan, batuk, sakit tenggorokan dan kehilangan penciuman dan rasa. Jika ringan tidak akan ada pengobatan khusus , jika berisiko berat diberikan antivirus jika tersedia.
 
Baca Juga: 11 Tahun Penantian, Ac Milan Akhirnya Bisa Raih Kembali Gelar Juara Serie A

Sedangkan pasien dbd sering mengeluh ruam, gusi atau hidung berdarah dan kehilangan banyak cairan, penumpukan cairan di paru-paru dan perut. Istirahat dengan baik, minum delapan gelas air sehari, atau isotonik sebagai sumber cairan untuk membuat tetap terhidrasi.

Sharifah Faridh mengungkapkan ia. DBD tidak ada antivirus yang bagus, pada awal penyakit lebih ke pengobatan suportif.

Jika demam berlanjut setelah empat sampai lima hari, maka harus segera mencari nasihat medis.
 

“Kami berharap akan ada vaksin untuk demam berdarah karena meskipun sebagian besar kasusnya ringan, namun masih berdampak pada kualitas hidup,” katanya.

“Tidak hanya memusnahkan nyamuk tetapi juga menghindari digigitnya dengan menggunakan obat nyamuk atau insektisida. Kenakan atasan dan celana lengan panjang saat fajar dan senja."

“Nyamuk ini tidak melakukan perjalanan jauh, yang terinfeksi mungkin telah digigit di sekitar area perumahan atau tempat kerja,” katanya.
 
Baca Juga: Warga Pemukim Yahudi Culik hingga Lukai Anak Dibawah Umur Palestina: Dibantu Tentara Israel?

Namun akhir-akhir ini orang-orang begitu sibuk dengan Covid-19, tambahnya, sehingga rencana pencegahan demam berdarah masih kurang.

Ketika berbicara tentang faktor risiko terkena demam berdarah parah dan Covid 19, katanya, orang punya penyakit bawaan sangat rentan dan beresiko tinggi, pada DBD, semua orang berisiko terkena DBD parah.

ia berharap bahwa lebih banyak fokus dapat diberikan kepada demam berdarah dalam hal pendidikan dan kesadaran sebelum kasus ledakan DBD terjadi.***

Editor: Adi Ramadhan

Sumber: thestar.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x