Dua Bulan, Kasus Bunuh Diri di Sukabumi Capai 7 Kejadian. Psikolog : Cemas Warga Lakukan Aksi Nekat

- 12 Agustus 2020, 16:11 WIB
Ilustrasi gantung diri. / Pixabay
Ilustrasi gantung diri. / Pixabay /

 

MEDIA PAKUAN-Aksi bunuh diri yang dilakukan AR (17) warga Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Rabu (12/8/2020) kembali menghenyakan para psikolog. Kematian anak remaja berjenis kelamin laki laki diduga depresi dengan cara gantung diri dirumahnya, menambah deratan panjang kasus serupa di Sukabumi. 
 
Bahkan sehari sebelumnya, warga dikejutkan aksi nekat yang dilakukan RU (34) warga Kecamatan Gunungguruh. Karena ditagih hutang, laki-laki yang berprofesi buruh nekat memanjat tower listrik bertegangan tinggi. 
 
Namun usaha  percobaan bunuh diri yang dilakukannya,  berhasil digagalkan setelah keluarga, warga dan polisi membujuknya. 
 
Aksi bunuh diri dipicu depresi seiring dampak wabah pandemi Covid-19, dikhawatirkan terus bertambah. Dari Juli lalu saja,  sebanyak lima orang warga melakukan aksi gantung diri. Mereka meninggal sia-dia dengan sejumlah permasalahan. 
 
Mereka tergantung dirumah hingga di kebun,  dan ditemukan warga dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Sebagian besar korban berusia dewasa sudah berkeluarga. 
 
Kendati diantara seorang pelajar di Sekolah Menengah Atas (SMA). Korban gantung diri didominasi berjenis kelamin laki laki. Dan seorang perempuan berstatus ibu rumah tangga.
 
"Sebagian besar korban bunuh diri karena alasan  depresi. Karena tidak mampu mengendalikan diri karena himpitan ekonomi, akhirnya mereka memilih secara tragis, bunuh diri," kata Ketua Tim Lembaga Konseling, Kesejahteraan dan Keluarga (LK3) Sukabumi, Joko Kristianto
 
Joko mengingatkan kasus bunuh diri akan terus terjadi. Bahkan tren semakin meningkat seiring dampak Covid-19. Corona masih terus membayang, terutama pada sendi-sendi ekonomi masyarakat
 
" Dampak wabah pandemi corona bagi warga sangat luar biasa. Mereka depresi karena himpitan ekonomi yang terus membayang bayangi aktivitas sehari-hari. Dampaknya tidak hanya menghantam masyarakat golongan ekonomi lemah, tapi ekonomi mapan, " katanya
 
Seperti motif bunuh diri yang dilakukan SK (39) warga Cikembar, 9 Juli   yang mengakhiri hidupnya di tali plastik yang dipanjangkan di plapon rumahnya.  
 
Begitupun aksi bunuh diri yang dilakukan ibu rumah tangga di Kecamatan Gunungpuyuh, 20 Juli lalu karena alasan ekonomi. Korban sempat dievakuasi warga ke RSUD Syamsudin, namun nyawanya tidak berhasil terselamat kan. 
 
Sementara aksi yang dilakukan YD (19) dilakukan dirumahnya di Desa Cibodas, Kecamatan Palabuhanratu. Pelajar SMP kelas IX depresi karena terkait masalah ekonomi yang menimpa kedua orangtua. 
 
Sedangkan bunuh diri yang dilakukan MF (23) Desa Benda, Kecamatan Cicurug karena stres. Dia merupakan pasien rehabilitasi BNN dan mengakhiri hidupnya dengan gantung diri.
 
 "Semua kasus bunuh diri, bermuara karena dampak wabah pandemi Covid-19. Dan pemerintah harus segera menyadari langkah pemberian bansos sama sekali kurang efektif," kata Joko Kristianto
 
Pemerintah harus segera mengubah kebijakan, kata Joko Kristianto, tidak lagi memberikan bantuan cuma cuma tapi memberikan langkah solusi agar masyarakat mampu bertahan hidup.
"Ibaratnya, jangan diberikan ikan. Tapi berilah kail, agar masyarakat dapat bertahan hidup," katanya. ***
 

Editor: Ahmad R


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x