Pasca Moskow Berlakukan Pembayaran Gas pakai Rubel, Jerman Terancam Chaos di Dalam Negeri

- 3 April 2022, 04:14 WIB
Ilustrasi dampak perang di Ukraina. Menlu Rusia, Sergey Lavrov menyebut Amerika Serikat jadikan Ukraina pengganti Afghanistan.
Ilustrasi dampak perang di Ukraina. Menlu Rusia, Sergey Lavrov menyebut Amerika Serikat jadikan Ukraina pengganti Afghanistan. /Pexels/Алесь Усцінаў//
 
MEDIA PAKUAN - Menteri Urusan Ekonomi dan Perlindungan Iklim Jerman Robert Habeck menyatakan konfrontasi dengan Rusia dan keputusan untuk tidak membeli sumber daya energi Rusia, akan menyebabkan perpecahan dalam masyarakat Jerman. 
 
Baca Juga: Setahun, 3 Anak Perempuan di Sukabumi Hanya Mampu Beli Garam Dapur Sebagai Lauk Pauk: Pasca Ibunya Meninggal

Menteri kebijakan luar negeri Jerman juga mengatakan hal serupa “Dari sudut pandang saya, Ini bukan permainan, tetapi skenario yang perlu ditanggapi dengan sangat serius,  kemungkinan perpecahan mengancam Jerman,  jika pemutusan pasokan Rusia terjadi ”menurutnya.
 
 
 
Khabek percaya bahwa tindakan darurat dapat diganti dengan penghentian bertahap pasokan Rusia.

Sebelumnya diketahui bahwa pemerintah Jerman sedang mengembangkan rencana darurat untuk beralih ke pembelian minyak dan gas dari sumber alternatif ke Rusia. 
 
Langkah tersebut dilakukan sebagai tanggapan atas permintaan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk pembayaran gas alam ke dalam rubel, yang ditolak oleh negara-negara Uni Eropa.
 
 
Jerman telah memerintahkan pelaksanaan awal dari tiga tahap rencana tersebut, dengan membentuk satuan tugas untuk memantau situasi di pasar gas setiap harinya.

Sebelumnya dilaporkan tentang rencana transisi ke mode operasi terbalik dari pipa gas Yamal-Eropa. 
 
 
Setelah Polandia menolak membeli gas dari Rusia, negara itu mulai menggunakan jasa Jerman sebagai perantara untuk membeli gas Rusia. . Pendekatan ini di media disebut "skema Ukraina". *** 
 

Editor: Ahmad R


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x