Ponpes Dzikir Al Fath Kota Sukabumi Jadi Inspirasi Budayawan Jawa Barat, Begini Kesannya

- 29 Desember 2021, 18:33 WIB
Pimpinan Ponpes Dzikir Al Fath Kota Sukabumi , KH Fajar Laksana menerima kunjungan Ketua Umum Paguyuban Satria Sunda Sakti KH Yudi Irfan Daniel/ISTIMEWA.
Pimpinan Ponpes Dzikir Al Fath Kota Sukabumi , KH Fajar Laksana menerima kunjungan Ketua Umum Paguyuban Satria Sunda Sakti KH Yudi Irfan Daniel/ISTIMEWA. /
 
 
MEDIA PAKUAN-Ketua Umum Paguyuban Satria Sunda Sakti, KH Yudi Irfan Daniel terkesan dengan cara Ponpes Dzikir Al Fath Kota Sukabumi dalam menyampaikan dakwah ke masyarakat.
 
Dalam kunjungannya ke Ponpes Dzikir Al Fath Kota Sukabumi bersama ratusan seniman dan budayawan lainnya, Yudi mendapat pengalaman berharga yang akan diterapkannya untuk berdakwah kepada masyarakat.
 
Menurutnya, pengembangan seni budaya yang dilakukan oleh Ponpes Dzikir Al Fath Kota Sukabumi khususnya pencak silat mampu memikat masyarakat sebagai media atau wadah untuk menyampaikan kebajikan dan mencegah kemungkaran.
"Saya sangat terkesan dengan cara Ponpes Dzikir Al Fath dalam menyampaikan dakwah, syukur syukur kita bisa dibuat pesantren berbasis seni budaya di cabang-cabang," kata Yudi ketika menyampaikan sambutan, Rabu 29 Desember 2021.
 
"Ingin membuat pesantren berbasis seni budaya seperti Al Fath makanya saya ingin dibimbing terus oleh KH Fajar Laksana untuk mewujudkannya," ungkapnya.
 
Menurutnya penyampaian dakwah yang dilakukan Pesantren Dzikir Al Fath sesuai dengan apa yang diajarkan oleh wali songo sehingga Islam menyebar ke seluruh Nusantara.
 
"Karena saya ingin mengikuti dakwah para wali khususnya Sunan Gunung Jati di tatar Sunda," ucapnya.
 
Sementara itu pimpinan Ponpes Dzikir Al Fath, KH Muhammad Fajar Laksana mengapresiasi upaya yang dilakukan paguyuban Satria Sunda Sakti dalam menyampaikan dakwah dengan seni budaya.
 
"Sangat mendukung dengan adanya paguyuban yang melestarikan budaya Sunda agar tetap eksis di NKRI dalam langkah syiar dan dakwah," katanya.
 
KH Fajar Laksana juga menyampaikan dakwah melalui jalur seni budaya salah satunya pencak silat bisa lebih diterima oleh masyarakat. Sebab dalam pencak silat mencakup unsur olahraga, beladiri, juga seni budaya.
"Maka pencak silat ini bukan hanya dalam pertandingan, namun juga pertunjukan dalam hajatan peresmian peresmian maka olahraga yang bisa mewakili aspek seluruh kehidupan ini adalah pencak silat warisan budaya dari Sunda," ungkapnya.
 
"Ini sudah diajarkan oleh para wali, Walisongo itu mengajarkan dakwahnya melalui seni budaya salah satunya pencak silat yang lahir dari pondok pesantren, karena berawal dari kata silaturahmi, santri jaga sholat, jago silat, rajin silaturahmi. Yaitu menjaga hubungan antar sesama manusia, hubungan dengan alam, dan hubungan dengan Allah SWT," katanya.
 
"Dalam filosofi Sunda itu silih asah, silih asih, Silih asuh, dan silih wawangi artinya saling jaga, saling lindung melindungi, saling memberi kebaikan, bermanfaat bagi orang lain," ucapnya.
 
Selain itu Fajar Laksana yang juga ulama Sukabumi ini mengatakan dakwah dalam seni budaya juga tak lepas dari kearifan lokal yang memiliki pesan pesan moral yang disisipkan dalam pertunjukan dan atraksi kesenian.
 
"Contohnya melalui atraksi Ngagotong Lisung ini gambaran kekuatan dari Maha Pencipta, pemimpin, dan rakyat. Lalu Maen Boles ini gambaran mengendalikan hawa nafsu karena nafsu itu api kalau kita bisa main Boles maka kita bisa mengendalikan hawa nafsu. Juga silat artinya silaturahmi," bebernya.***
 
 
 
 
 
 
 
 

Editor: Hanif Nasution


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x