Hal tersebut tentu saja membuat hubungan antara Angkatan Darat dan PKI semakin memanas. Puncaknya ketika pemerintah Tiongkok ingin memberi bantuan senjata kepada PKI yang ingin membentuk pasukan Angkatan 5 yang diusulkan pimpinan PKI, DN Aidit.
Pada tahun 1965 kondisi perpolitikan di pemerintahan Indonesia memanas, muncul isu akan ada makar dari sejumlah jenderal.
Baca Juga: Pahlawan Revolusi Pierre Andries Tendean Rela Korbannya Nyawanya Demi AH Nasution
Dari kejadian tersebut memicu terjadinya sejarah kelam bangsa Indonesia yakni G30SPKI. Pada dini hari 1 Oktober 1965 Jenderal Ahmad Yani gugur setelah ditembak oleh pasukan Cakrabriwara di rumahnya.
Ia menjadi satu dari tujuh jenderal yang mati ketika pemberontakan PKI. Pada 4 Oktober 1965 jasadnya bersama tujuh jasad yang lain berhasil ditemukan di Lubang Buaya oleh Jenderal Soeharto.
Baca Juga: PUI Minta Presiden Segera Berikan Gelar Pahlawan Nasional untuk KH Ahmad Sanusi
Ketujuh jenderal yang gugur tersebut diangkat menjadi pahlawan revolusi bersamaan dengan prosesi pemakaman pada 5 Oktober 1965.
Meskipun Ahmad Yani seorang anti Komunis, namun Soekarno sangat percaya terhadapnya hingga ia diproyeksikan menjadi pengganti Soekarno di kemudian kelak.
Itu juga terlihat ketika Soekarno yang tak kuasa menahan tangis ketika mengahdiri pemakaman Jenderal Ahmad Yani. (Manaf Muhamad)