Tetap Waspada! Wilayah Jabodetabek Diprediksi Menghadapi Puncak Cuaca Buruk Pekan Ini

- 22 Februari 2021, 15:06 WIB
Ilustrasi Cuaca buruk
Ilustrasi Cuaca buruk /Pixabay/

MEDIA PAKUAN-Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini pada 18-19 Februari 2021.

Peringatan itu menyebutkan wilayah Jabodetabek diprediksi diguyur hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat dengan curah hujan antara 100-150 mm.

Berdasarkan data yang dihimpun, BMKG mencatat curah hujan tertinggi terjadi di Pasar Minggu mencapai 226 mm/hari, kemudian di Sunter Hulu 197 mm/hari, Lebak Bulus 154 mm/hari dan Halim 176 mm/hari.

Baca Juga: Mulai Diberlakukan! Polda Jawa Tengah Siap Terapkan Tilang Di Elektronik Mulai 17 Maret 2021 Mendatang

Selain itu BMKG juga memprediksi seluruh wilayah DKI Jakarta masih berpotensi hujan dengan intensitas lebat hingga sepekan ke depan, hingga 25 Februari 2021.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatasi, diprediksi masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat hampir di seluruh wilayah DKI Jakarta, terutama di malam hari.

"Sehingga masih perlu kewaspadaan potensi hujan lebat yang dapat berpotensi memicu banjir dan longsor di Wilayah Jabodetabek," ujarnya seperti dikutip dari situs BMKG, Senin, 22 Februari 2021.

Kondisi cuaca ekstrem di wilayah Jabodetabek tersebut disebabkan sejumlah faktor, yaitu adanya seruakan udara dari Asia yang cukup signifikan mengakibatakan peningkatan awan hujan di Indonesia.

"Umumnya kejadian hujan terjadi malam hingga dinihari dan berlanjut sampai pagi hari. Ini merupakan waktu-waktu yang kritis dan perlu diwaspadai," katanya.

Kemudian, terpantau aktivitas gangguan atmosfer di zona equator mengakibatkan adanya perlambatan dan pertemuan angin dari arah utara membelok tepat melewati Jabodetabek.

Baca Juga: Hubungan SBY dan Megawati Tak Pernah Baik, antan Sekretaris Kabinet Indonesia Bersatu Bongkar Semuanya

Juga adanya tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi, Sehingga terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan hujan.

"Hal ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Jabodetabek, terutama wilayah DKI Jakarta," paparnya.

Dwikorita juga menyebut, adanya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi di sebagian besar Pulau Jawa.

Pola konvergensi ini berkontribusi juga dalam peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di barat Jawa termasuk Jabodetabek.

Ia juga menjelaskan, curah hujan yang terjadi saat ini di DKI Jakarta sebenarnya masih lebih rendah dibandingkan curah hujan pada Januari 2020 yang juga menyebabkan banjir di wilayah Jabodetabek.

Ada beberapa faktor penyebab banjir di DKI Jakarta yaitu hujan yang jatuh di sekitar Jabodetabek yang bermuara di Jakarta.

Baca Juga: Sebab Pangan Indonesia Kalah dari Malaysia dan Ethiopia, Inilah Ungkapan Hidayat Nur Wahid

Kemudian hujan yang jatuh di Jakarta sendiri serta ada pasang laut. Selain itu daya dukung lingkungan juga sangat berpengaruh.

"Saat ini wilayah Jabodetabek masih masuk puncak musim hujan yang diperkirakan masih berlangsung pada akhir Februari hingga awal Maret 2021," pungkasnya.(Samsun Ramlie)

 

 

 

Editor: Hanif Nasution

Sumber: BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah