Sebab Pangan Indonesia Kalah dari Malaysia dan Ethiopia, Inilah Ungkapan Hidayat Nur Wahid

- 22 Februari 2021, 13:57 WIB
Hidayat Nurwahid /Instagram/@hnwahid.
Hidayat Nurwahid /Instagram/@hnwahid. /

Indikator pertanian berkelanjutan adalah rata-rata tertimbang dari indikator kategori air, tanah, emisi, dan penggunaan lahan.

Kemudian kehilangan dan pemborosan makanan merupakan rata-rata tertimbang dari indikator dalam kebijakan negara untuk menanggapi kategori kehilangan dan pemborosan pangan.

Lalu tantangan gizi adalah rata-rata tertimbang dari indikator pada kategori kesehatan dan gizi masyarakat tiap negara. Masing-masing indikator tersebut memperoleh skor yang kemudian digabungkan menjadi peringkat ketahanan pangan sebuah negara.

Baca Juga: Din Syamsuddin Tanggapi GAR ITB Soal Radikal ' Itu Tak Kaget Ini Pertarungan Ideologis lama'

Hal yang memprihatinkan bahwa peringkat ketahanan pangan Indonesia justru berada di bawah 16 negara yang berasal dari Benua Afrika. Beberapa negara Afrika tersebut yakni Rwanda peringkat 12, Uganda peringkat 25, Ethiopia 27, Tanzania 30, Zimbabwe 31, Zambia 32.

Selanjutnya, Burkina Faso di peringkat 34, Senegal 37, Kenya 45, Nigeria 46, Maroko 47, Mozambik 48, Mesir 49, Sudan 56, dan Kamerun 59.

Indonesia yang menempati urutan 60 mempuyai skor ketahanan pangan hanya 59.10 dengan nilai kehilangan dan pemborosan makanan sebesar 61.40 poin.

Kemudian nilai pertanian keberlanjutan sebesar 61.10 poin dan tantangan gizi 54.90 poin.

Baca Juga: CEK FAKTA! Stiker WhatsApp Kini Dibebani Biaya, AKBP Nyoman : sebaiknya Hentikan Langganan Fitur WA

Melihat hal tersebut, Hidayat Nur Wahid mendorong terbentuknya RUU Bank Makanan menjadi UU untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, terlebih saat masa pandemi Covid-19 ini.

Halaman:

Editor: Popi Siti Sopiah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah