Dan ternyata nama Din Syamsuddin ini termasuk kedalam pemilihan tersebut, bahkan berhasil meraup suara tertinggi di Senat Akademik ITB.
Ada beberapa nama yang dipilih lanjut Din, diantaranya pendiri Wardah Nurhayati Subakat, pendiri Bukalapak Achmad Zaky, dan Yani Panigoro.
Baca Juga: Vaksinasi Lansia di Jepang Terpaksa Ditunda, Karena Keterlambatan?
"Saya mengendus dari awal, ini ada aroma pertarungan ideologis," ucap Din Syamsuddin.
Din menyebut konflik yang terjadi di sana sebenarnya antara pendukung Islam dan kebalikannya.
"Ini suatu malapetaka bagi bangsa kalau di kampus-kampus kita, termasuk di pusat perkumpulan akademik kemudian masih muncul seperti itu Ini sudah lagu lama, di UI, di ITB, di Gajah Mada," kata Din Syamsuddin.
"(Pertarungan ideologi) Islam dengan non-Islam. Dulu kita kenal ada dikotomi santri-abangan kemudian sebenarnya sudah cair sejak tahun 1990-an," tuturnya.
Kita tahu sebelumnya ada Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dianggap sebagai pemersatu umat Islam di Indonesia kala itu dengan memunculkan neo-santri.
Namun, pergolakan konflik ideologis ini kembali menguat pascakejatuhan Presiden Soeharto pada 1998.