Kental Kebersamaannya, 5 Tradisi Terunik Perayaan Hari Raya Idul Adha di Lima Daerah Nusantara

31 Mei 2023, 10:07 WIB
Pedagang ternak kurban untuk perayaan Idul Adha /Pikiran Rakyat/Nurhandoko Wiyoso/

MEDIA PAKUAN - Hari Raya Idul Adha atau lebaran Haji tahun 2023 di rayakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah.

Hari Raya Idul Adha juga disebut sebagai Hari Raya Kurban, dimana hari raya ini merupakan hari raya besar bagi umat Islam.

Hari Raya Idul Adha merupakan bentuk ungkapan rasa syukur umat Islam, sebagai upaya untuk membersihkan diri dari kenikmatan yang diterima, serta berbagi kebahagiaan dengan orang lain.

 

Tak sedikit hari raya besar ini paling dinanti-nanti umat Islam di seluruh dunia.

Pasalnya waktu yang serupa dengan datangnya “musim haji” Raya Idul Adha ini identik dengan menyembelih hewan kurban berupa sapi, kambing, atau domba, dan membagikan dagingnya kepada orang-orang yang kurang mampu.

Ternyata bebarapa daerah di Indonesia setiap hari kurban ada beragam tradisi unik saat perayaan Hari Raya Idul Adha ini.Diantaranya:

Baca Juga: Cemilan Favorit Keluarga! Berikut Resep Puding Roti Susu Karamel: Bisa Dibuat Mudah di Rumah

1. Tradisi Meugang di Aceh

Tradisi Meugang yang berasal dari kata Makmeugang, merupakan tradisi yang sangat familiar bagi masyarakat Aceh terutama pada saat hari-hari besar keagamaan.

Tradisi Meugang sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan identik dengan makan daging sapi atau kerbau bersama yang diolah dengan beraneka ragam masakan.

Sejarah Meugang berawal pada masa kerajaan Aceh dengan memotong hewan dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat.

Tradisi ini merupakan ungkapan syukur atas kemakmuran tanah Aceh dan sampai saat ini tetap dilestarikan oleh seluruh masyarakat Aceh saat menyambut hari-hari besar suci umat Islam.

2. Tradisi Grebeg Gunungan di Yogyakarta

Di Yogyakarta, tradisi ini dilaksanakan setiap hari besar agama Islam.

Grebeg Syawal dilaksanakan saat Idul Fitri, sedangkan tradisi Grebeg Gunungan dilaksanakan pada perayaan Idul Adha.

Warga muslim Yogyakarta akan mengarak hasil bumi dari halaman Keraton sampai Masjid Gede Kauman. Arak-arakan hasil bumi ini berjumlah 3 gunung buahan yang tersusun dari rangkaian sayur-mayur dan buah-buahan.

Masyarakat setempat percaya, apabila berhasil mengambil hasil bumi yang disusun dalam bentuk gunungan, bisa mendatangkan rezeki.

Baca Juga: Tidak Terduga, Tottenham Hotspur Tolak Mentah-Mentah mengajukan permintaan Manchester United untuk Gaet Harry Kane

3. Tradisi Gamelan Sekaten di Cirebon

Tradisi perayaan Idul Adha dari Cirebon yang dipercaya merupakan dakwah dari Sunan Gunung Jati sebagai penyebar agama Islam di tanah Cirebon.

Tradisi ini disebut tradisi Gamelan Sekaten yang selalu dibunyikan setiap perayaan hari besar agama Islam yaitu, Idul Fitri dan Idul Adha.

Alunan Gamelan yang berada di sekitar kawasan Keraton Kasepuhan Cirebon, menjadi penanda bahwa umat Islam di Cirebon merayakan hari kemenangan.

Rangkaian Gamelan dibunyikan sewaktu-waktu setelah sultan Keraton Kasepuhan keluar dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

4. Tradisi Apitan di Semarang

Tradisi Apitan ini merupakan bentuk rasa syukur atas rezeki berupa hasil bumi yang diberikan oleh Yang Maha Esa.

Di Semarang, tradisi ini biasa diisi dengan pembacaan do'a yang dilanjutkan dengan arak-arakan hasil tani, ternak, dan nantinya hasil tani yang diarak ini akan diambil secara berebutan oleh masyarakat setempat.

Tradisi ini dipercaya menjadi kebiasaan para Wali Songo dulu sebagai bentuk ungkapan rasa syukur pada perayaan Idul Adha.

Baca Juga: Cair! BPNT 2023 Rp400.000 Diberikan untuk KPM, Cukup Cairkan Bansos Kemensos di Kantor Pos Indonesia

5. Tradisi Manten Sapi di Pasuruan

Tradisi Manten Sapi merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Pasuruan.
Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada hewan kurban yang akan disembelih.
Menariknya, sapi yang hendak dikurbankan akan didandani secantik mungkin bak pengantin.

Hewan tersebut juga dikalungkan bunga tujuh rupa, lalu dibalut dengan kain kafan, serban, dan sajadah.

Pada tradisi ini, kain kafan tanda menjadi kesucian orang berkurban. Setelah didandani, semua sapi akan diarak menuju masjid setempat untuk diserahkan kepada panitia kurban.

Yang lebih berkesannya lagi, daging sapi kurban ini biasanya akan diolah dan disantap bersama-sama. Terasa banget kan kebersamaannya!.***

Editor: Popi Siti Sopiah

Sumber: Google

Tags

Terkini

Terpopuler