Mereka itu dianggap telah berkontribusi besar dalam mengembangkan kewirausahaan sekaligus mengharumkan nama Garut dalam usaha potong rambut.
Baca Juga: Klasemen Akhir Grup C di Babak Penyisihan FIFA World Cup Qtar 2022, Argentina Jadi Juara Grup
Dalam monumen tersebut tertulis. Bapa Idi (1818), Bapa Indi (1924), Bapa Idrus (1937), dan Bapa Iyod (1947) sebagi Seniman Cukur Asgar.
Entah kebetulan nama mereka itu berawalan huruf yang sama, ‘I’. Mungkin seseuatu yang dipercaya mendatangkan hoki dalam usaha potong rambut.
Pantas untuk dijadikan monumen, setidaknya bagi Pemkab Garut bisa menjadikan motivasi para generasi muda untuk melestarikan Seni Cukur Asgar.
Baca Juga: Xavi Tetap Bersikeras Mendatangkan Messi Musim Depan, Persentase Kedatangannya Kecil
Salah satu Seni Cukur Asgar ialah bila sudah selesai potong rambut, selanjutnya diberi layanan refleksi (pijat) kepala, leher, tangan dan sedikit pinggang.
Itulah merupakan ciri salahsatu khas potong rambut Asgar yang bertebaran hampir diseluruh kota kabupaten di Jawa Barat.***