Masyarakat Israel Mendesak Benjamin Netanyahu untuk Mundur dari Pemerintahan

- 15 Januari 2024, 18:35 WIB
Warga Israel dan Palestina berdebat di sebuah gang di Kota Tua Yerusalem 29 Mei 2022.
Warga Israel dan Palestina berdebat di sebuah gang di Kota Tua Yerusalem 29 Mei 2022. / REUTERS/Ammar Awad

MEDIA PAKUAN - Perdana Menteri Israel penjajah, Benjamin Netanyahu tegaskan desakan internasional termasuk di dalamnya ICJ tak akan menghentikan langkahnya untuk melakukan pembantaian di Jalur Gaza.

"Kami akan melanjutkan perang di Jalur Gaza sampai kami mencapai semua tujuan kami," ucapnya.

Usai menyampaikan sumpahnya itu yang tidak hanya di tentang oleh Negara-negara PBB namun oleh rakyatnya sendiri, ratusan warga dikabarkan berdemo lantaran Netanyahu dianggap gagal mengendalikan perang di Gaza.

Sebab, sayap bersenjata Hamas Brigade Al-Qassam pada Sabtu, 13 Januari 2024 mengumumkan bahwa mereka hilang kontak dengan kelompok yang menyandera empat warga Israel, yang ditahan di Gaza sejak 2014.

Baca Juga: Masih Berlanjut, Afrika Gugat Israel Gunakan Mahkamah Internasional: Desak Perintah Hentikan Genosida!

Sabtu, 13 Januari 2024 ribuan pengunjuk rasa menutup jalan utama di Tel Aviv seraya menuntut pemakzulan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan jajarannya.

Tak hanya di Tel Aviv, aksi massa menuntut pemerintah Israel mundur terjadi di dua tempat, di mana lokasi unjuk rasa lainnya terletak di Kota Haifa

Mereka juga mendesak agar Penjajah Israel segera membebaskan tahanan yang masih ditahan oleh Hamas.

Pedemo menuntut Netanyahu mundur dari kursi perdana menteri. Banyak di antara mereka juga membawa foto kerabatnya yang masih disandera Hamas.

Baca Juga: Wakil Ketua MPR RI Menilai Bangsa Indonesia Harus Sikap Tegas Menolak Penjajah Israel Terhadap Palestina

Salah satu pedemo membawa poster bertuliskan "Bawa mereka keluar dari neraka."

Namun, polisi Tel Aviv menangkap setidaknya delapan warga Israel yang ikut dalam demo tersebut.

Hamas menginginkan negosiasi pembebasan sandera Israel sekaligus penghentian perang total di Jalur Gaza, namun permintaan itu kerap ditolak Israel.

Sebelumnya jeda kemanusiaan pertama telah disepakati pada November dan menghasilkan pembebasan 105 tawanan, termasuk 81 warga Israel, 23 warga negara Thailand dan satu warga negara Filipina.

Sebanyak 240 tahanan Palestina juga dibebaskan Israel berdasarkan kesepakatan tersebut.

Sejauh ini, Mesir dan Qatar bersama Amerika Serikat mempelopori upaya pencapaian jeda kemanusiaan sementara kedua di Gaza, yang belum kunjung terwujud.***

Editor: Ahmad R

Sumber: Israel Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x