Ternyata Kim Jong Un Pernah Nyaris Tewas Karena Jadi Sasaran Rudal AS

- 15 September 2020, 11:14 WIB
Kim Jong Un dan Donald Trump.
Kim Jong Un dan Donald Trump. /

MEDIA PAKUAN - Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un, ternyata pernah menjadi sasaran rudal militer Amerika Serikat.

Pada tahun 2017, Amerika pernah meluncurkan rudal presisi hanya untuk ditunjukan kepada Korut tentang kemampuannya untuk secara tepat menyerang target apa pun karena bisa menjangkau lokasi peluncuran di Korut atau pemimpinnya yang menyaksikan peluncuran uji coba senjata Pyongyang.

Terkait manuver Amerika itu diungkap jurnalis Washington Post, Bob Woodward, dalam bukunya 'Rage' yang akan dirilis Selasa 15 September 2020.

Baca Juga: Keren! Pake Aplikasi Ini Warung Tradisional Berasa Minimarket

Menurut buku Woodward, tindakan Amerika itu dilakukan sebagai tanggapan atas uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) Korea Utara yang mampu mencapai Amerika Serikat.

Seperti dilansir dari artikel Ringtimesbali.com berjudul "Terungkap, Kim Jong Un Ternyata Pernah Nyaris Tewas dari Sasaran Rudal AS".

Mantan Menteri Pertahanan James Mattis, Woodward mengatakan Pasukan AS Korea (USFK) kemudian bereaksi dengan rudal taktis yang menempuh jarak 186 mil sebelum jatuh ke Laut Timur.

"Itu adalah jarak yang tepat antara titik peluncuran rudal AS dan lokasi uji coba rudal Korea Utara, serta tenda tempat foto satelit menunjukkan Kim Jong-un sedang menyaksikan peluncuran rudal," tulis Woodward, yang kutipannya dipublikasikan Yonhap, Senin 14 September 2020.

"Artinya dimaksudkan untuk menjadi jelas; Kim Jong-un perlu mengkhawatirkan keselamatan pribadinya," kata Woodward, yang menambahkan bahwa tidak pernah dikonfirmasi apakah Korea Utara telah menerima pesan tersebut atau tidak.

Baca Juga: Hasil Penelitian Tim Astronomi, Ada Tanda Kehidupan di Planet Venus

Entah tidak sadar atau bersikap masa bodoh, Korea Utara yang hanya terus meningkatkan provokasinya, dengan meluncurkan ICBM yang hanya tiga minggu kemudian pada 28 Juli.

"Yang bisa menempuh 6.200 mil dan menghantam sebagian besar benua Amerika Serikat," tulis Woodward.

Korea Utara meluncurkan rudal lain, yakni rudal jarak menengah yang terbang langsung di atas Jepang, yang digambarkan Woodward sebagai eskalasi yang jelas dalam provokasi yang mengubah karakter ancaman, 29 Agustus pada tahun yang sama.

Baca Juga: Seiring PSBB di Jakarta, Ratusan Personil Gabungan Lakukan Penyekatan di Perbatasan

"Mattis dapat melihat tekanan militer maksimum tidak dirasakan atau dilihat oleh (Korea) Utara. Dia mulai mencari opsi tanggapan yang lebih agresif dan bertanya-tanya apakah mereka harus mengambil tindakan pemboman yang sebenarnya di pelabuhan Korea Utara untuk mengirim pesan tersebut," tulis Woodward.

Pada bagian awal buku juga membahas tentang penderitaan Mattis tentang apakah dia harus membuat keputusan untuk menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan AS dari Korea Utara.

"(Mattis) tidak berpikir bahwa Presiden Donald Trump akan melancarkan serangan pendahuluan di Korea Utara, meskipun rencana untuk perang seperti itu ada di rak," kata Woodward dalam bukunya.

Reporter "Watergate" itu mengklaim bahwa Komando Strategis AS di Omaha, Nebraska, telah dengan cermat meninjau dan mempelajari Rencana Operasi 5027 (OPLAN 5027) yang katanya ditujukan untuk perubahan rezim di Korea Utara, yang mencakup penggunaan 80 senjata nuklir.

Baca Juga: Mantan Abang Jakarta Barat, Ade Firman Hakim Tutup Usia

"Ini sangat membebani saya setiap hari. Saya harus mempertimbangkan setiap hari ini bisa terjadi. Ini bukan masalah teoritis," kata Mattis yang dikutip Woodward.

"Saya benar-benar fokus pada bagaimana mencegah ini atau menghentikannya secepat mungkin. Menyadari bahwa situasi yang paling buruk mungkin akan mendikte penggunaan senjata nuklir, dengan segala arti dalam istilah, bukan hanya perang itu, tetapi cara itu akan mengubah dunia. Sekarang senjata nuklir bisa digunakan lagi," ujar mantan bos Pentagon tersebut kepada Woodward.

Dalam bab terpisah, Woodward berbicara tentang salah satu dari 18 wawancara yang dia lakukan dengan Presiden Donald Trump untuk bukunya, di mana dia bertanya seberapa dekat AS dalam perang dengan Korea Utara pada 2017.

Baca Juga: Kabar Baik, Seluruh Tenaga Honorer Bakal Dapat BLT

"Jauh lebih dekat daripada yang diketahui siapa pun. Jauh lebih dekat," kata Trump.

Ketika Korea Utara menyatakan telah menyempurnakan kemampuan nuklir dan ICBM-nya, akhirnya ketegangan antara Washington dan Pyongyang mulai mendingin pada akhir 2017.

Setelah mengadakan pertemuan puncak AS-Korea Utara yang pertama di Singapura pada Juni 2018, hubungan Trump dan Kim Jong-un semakin membaik.

Akhirnya mereka bertemu lagi pada pertemuan puncak kedua mereka Februari 2019 dan pada pembicaraan singkat di Area Keamanan Bersama, di dalam Zona Demiliterisasi yang membagi kedua Korea Juni 2019. Holis/***

Editor: Toni Kamajaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x