Meskipun Dinyatakan Kuburan Massal, PBB Tak Mampu Hentikan Aksi Genosida Warga Gaza Palestina

- 7 November 2023, 12:04 WIB
Warga Palestina mengevakuasi lokasi serangan Israel terhadap rumah-rumah, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di kamp pengungsi Maghazi di Jalur Gaza tengah, 6 November 2023.
Warga Palestina mengevakuasi lokasi serangan Israel terhadap rumah-rumah, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di kamp pengungsi Maghazi di Jalur Gaza tengah, 6 November 2023. /REUTERS/Yasser Qudih

MEDIA PAKUAN- Aksi Genosida yang dilakukan tentara Israel masih terus berlanjut. PBB mendata sejak Sabtu 7 Oktober 2023 lalu, Israel menyerang Gaza hingga kini, korban telah mencapai 10.020 jiwa.

Bahkan kematian akan terus bertambah mengingat serangan tentara Israel masih terus berlanjut.

Bahkan merilis keterangannya, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menyebutkan jika Gaza sudah menjadi kuburan bagi anak-anak.

Kini kondisi Gaza benar-benar dalam keadaan darurat yang sulit untuk di benahi kembali, serangan demi serangan telah membuat Gaza seperti kota mati.

"Operasi darat oleh Pasukan Pertahanan Israel dan pemboman yang terus berlanjut menghantam warga sipil, rumah sakit, kamp pengungsi, masjid, gereja dan fasilitas PBB – termasuk tempat penampungan. Tidak ada yang aman," ujar Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guteres.

Baca Juga: Aktivis Palestina Ahed Tamimi Ditangkap Oleh Tentara Israel di Desa Nabi Saleh :Pernah Tampar Tentara

Guteres menyatakan jika kini tak ada lagi tempat yang aman di Jalur Gaza. Bahkan tempat yang ada di bawah naungan bendera mereka sendiri.

Dalam perang ini masyarakat sipil seperti dijadikan tameng oleh Hamas dan kegiatan militan lainnya pasalnya tentara zionis menyerang fasilitas yang  seharusnya tidak diserang seperti rumah sakit, ambulans dan kampung pengungsian.

Guterres meminta agar gencatan senjata segera dilakukan. Pasalnya korban jiwa juga sudah muncul dari pihak PBB di mana 5 anggota badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA) sudah terbunuh dalam waktu hanya 24 jam saja.

Namun, genjatan senjata itu tetap ditolak oleh beberapa negara PBB, salah satunya AS.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan gencatan senjata Israel di Gaza akan memungkinkan Hamas untuk berkumpul kembali dan melakukan serangan lebih lanjut.

Namun, jeda karena alasan kemanusiaan dapat dipertimbangkan, katanya.

Baca Juga: Hirup Gas Helium, Mahasiswi Unair Diduga Nekat Bunuh Diri: Tinggalkan Surat Singgung Dunia Jahat

“Kami yakin bahwa kami harus mempertimbangkan hal-hal seperti jeda kemanusiaan untuk memastikan bantuan dapat sampai kepada mereka yang membutuhkan dan masyarakat dapat terlindungi serta terhindar dari bahaya,” kata Blinken.

Blinken mengatakan Gaza di masa depan tidak dapat diperintah oleh Hamas, namun juga tidak dapat dijalankan oleh Israel.

Blinken tetap bersikukuh dengan posisi AS bahwa gencatan senjata akan merugikan hak dan kewajiban Israel untuk melindungi warganya setelah serangan tak terduga Hamas pada 7 Oktober di selatan Israel.

Walaupun Israel sudah banyak melakukan pelanggaran aturan, Juliette yang mulai tertekan menyebutkan sudah tak ada lagi tempat yang aman di Gaza. Dan mereka sudah tak bisa berbuat apa-apa.

Baca Juga: Meriah! Shopee Live Streaming Grand Launching JKT48 Official Store Disambut Antusias oleh Warganet

Alasan PBB diam saja karena PBB mengaku kesulitan menjalankan tugasnya dalam menangani krisis, salah satunya genosida Israel karena tidak bisa intervensi terhadap suatu negara.

"PBB beranggotakan 193 negara. Apa yang kami lakukan sebagai perwakilan PBB, mandat, tindakan kami ditentukan oleh negara-negara anggota,” kata Julliand.

ada beberapa negara yang tidak menyetujui bantuan terhadap Palestina. Alasan lain PBB sulit melakukan tugasnya dalam situasi krisis karena Dewan Keamanan yang tidak menyepakati resolusi yang memungkinkan intervensi lebih cepat.

Amerika Serikat merupakan salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB bersama dengan Prancis, China, Rusia, dan Inggris. Kelima negara tersebut memiliki hak veto atau hak untuk menolak resolusi yang diajukan.

Masyarakat di Gaza mulai kelelahan menghadapi pembantaian yang bertubi-tubi tersebut.***

 

Editor: Ahmad R

Sumber: Reuters PRMN


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x