MEDIA PAKUAN - Israel terus mengempur Palestina, seruan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi gencatan senjata antara Israel dengan kelompok militan Palestina, Hamas tak digubris Zionis Israel.
Seiring dengan hal tersebut, popularitas gerakan baikot, Divestasi, dan sanksi (BDS) pun semakin meningkat di beberapa negara.
Melansir dari Al Jazeera pada 2018, gerakan BDS berpotensi menghasilkan kerugian hingga US$11,5 miliar atau sekitar Rp183,37 triliun (asumsi kurs Rp15.945/US$) per tahun bagi Israel.
Baca Juga: Unik Warnanya, Semangka Jadi Simbol Solidaritas Palestina
Sementara itu, menurut laporan Times of Israel pada 2015, Kementerian Keuangan Israel mengungkapkan bahwa perekonomian negara bisa mengalami kerugian hingga US$10,5 miliar atau sekitar Rp167,43 triliun.
Selain itu, ribuan orang di Israel juga disebut berpotensi kehilangan pekerjaan jika negara tersebut diboikot secara penuh oleh internasional.
Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS) adalah gerakan kebebasan, keadilan, dan kesetaraan yang dipimpin Palestina. BDS menjunjung tinggi prinsip sederhana bahwa warga Palestina berhak atas hak yang sama seperti umat manusia lainnya.
Israel menduduki dan menjajah tanah Palestina, melakukan diskriminasi terhadap warga Palestina di Israel dan menolak hak pengungsi Palestina untuk kembali ke rumah mereka. Terinspirasi oleh gerakan anti-apartheid di Afrika Selatan, seruan BDS mendesak tindakan untuk menekan Israel agar mematuhi hukum internasional.