Hizbullah juga memiliki sistem anti-udara berat, termasuk rudal dan peluncur permukaan-ke-udara, yang dapat mengenai sasaran udara pada jarak hingga 50 kilometer dan ketinggian hingga 24 kilometer.
Selama Perang Lebanon Kedua, kerusakan yang diderita Israel berasal dari unit serangan anti-tank Hizbullah yang memiliki peluncur granat Kornet yang dikembangkan oleh Rusia.
Selain itu selama lebih dari 20 tahun angkatan udara Hizbullah telah mengembangkan drone dalam berbagai ukuran dan peran, baik yang diproduksi di Iran maupun diproduksi secara lokal.
Drone ini dapat membawa senjata atau dilengkapi hulu ledak berat yang berfungsi sebagai drone bunuh diri.
Pusat Penelitian dan Pendidikan Alma memperkirakan bahwa organisasi tersebut memiliki sekitar 2.000 drone dari berbagai jenis, termasuk drone sipil yang telah digunakan untuk membawa senjata.
Hizbullah memiliki satuan komando, Pasukan Radwan, yang terdiri dari 2.500 personel yang dikerahkan di Lebanon dan Iran, dan kebanyakan dari mereka memiliki pengalaman Perang Saudara Suriah.
IDF menemukan terowongan di bawah perbatasan utara sebagai akses Hizbullah untuk menyusup ke kota-kota Israel.
Serangan Hamas 7 Oktober 2023 membuktikan bahwa terowongan adalah salah satu metode yang mungkin untuk menyerang Israel.***