Hasil Penelitian, Pasien Sembuh Covid-19 Beresiko Tinggi Alami Gangguan Kejiwaan

- 4 Agustus 2020, 16:53 WIB
Ilustrasi gangguan jiwa. / PIXABAY
Ilustrasi gangguan jiwa. / PIXABAY /

MEDIA PAKUAN - Tim penelitian melakukan studi terhadap para pasien sembuh Covid-19 di rumah sakit San Raffaele, Milan, Italia.

Hasilnya cukup mengejutkan, para pasien yang telah terbebas dari virus corona tersebut cenderung mengalami tingkat gangguan kejiwaan yang lebih tinggi.

Gangguan kejiwaan itu meliputi stres pascatrauma (PTSD), kecemasan, insomnia dan depresi.

Baca Juga: Kasus Penipuan Paket Kurban Miliaran Rupiah di Cianjur Diperluas ke Wilayah Sukabumi

Dari 402 pasien sembuh Covid-19 yang diawasi, separuh dari jumlah tersebut mengalami setidaknya satu gangguan kejiwaan.

Seperti dilansir dari artikel Pikiran-rakyat.com berjudul "Tim Peneliti Ungkap Pasien yang Sembuh dari Covid-19 Alami Gangguan Kejiwaan Lebih Tinggi", menunjukan satu gangguan kejiwaan pasien sembuh Covid-19 ini setara dengan keparahan inflamasi selama sakit dan menjalani perawatan.

Rincian dari jumlah pasien yang diawasi itu adalah 265 pria dan 137 perempuan, yang mendapatkan pengawasan serta pemeriksaan setelah menjalani perawatan satu bulan di rumah sakit.

"Jelas bahwa inflamasi yang disebabkan oleh penyakit tersebut juga dapat bereaksi terhadap tingkat kejiwaan," kata profesor Francesco Benedetti, ketua kelompok Unit Penelitian di Psychiatry and Clinical Psychobiology di San Raffaele, melalui pernyataan yang dilaporkan Reuters.

Baca Juga: Wali Kota Tasikmaya Budi Budiman Minta Masyarakat Paham Situasi Ini

Laporan itu dipublikasi di jurnal ilmiah Brain, Behavior and Immunity pada Senin.

Berdasarkan wawancara klinis dan pertanyaan tentang penilaian diri, para dokter menemukan PTSD pada 28 persen kasus, depresi 31 persen, kecemasan 42 persen dan insomnia 40 persen, dan akhirnya gejala obsesif kompulsif 20 persen.

Menurut studi, perempuan paling banyak mengalami kecemasan dan depresi meski keparahan infeksinya lebih rendah, menurut pernyataan.

"Kami berhipotesis bahwa ini bisa saja karena fungsi sistem imun yang berbeda," kata Profesor Benedetti dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara.

Walhasil, efek kejiwaan yang tidak begitu serius ditemukan pada pasien rawat inap ketimbang pasien rawat jalan.

Baca Juga: Sampai Empat Tahun Mendatang, Barcelona Tidak Akan Datangkan Pemain Bintang

Dampak kejiwaan dari Covid-19 dapat disebabkan baik dari respons imun terhadap virus itu sendiri maupun dari faktor stres psikologi seperti stigma, isolasi sosial dan kekhawatiran penularan terhadap orang lain, katanya.

Hasil tersebut akan menyoroti kekhawatiran soal potensi komplikasi kesehatan yang melemahkan bagi pasien sembuh Covid-19.

Awal Agustus ini para ilmuwan memperingatkan kemungkinan gelombang kerusakan otak terkait virus corona pada pasien Covid-19.***

Editor: Toni Kamajaya

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x