MEDIA PAKUAN - International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional mengklaim bahwa kondisi ekonomi global sedang mengalami masa terburuknya sejak Perang Dunia II berakhir.
Kondisi tersebut dipercaya akibat keberadaan Covid-19, invasi Ukraina oleh Rusia, dan perubahan iklim sebagai faktor penyebab ekonomi global melemah.
Baca Juga: Densus 88 Amankan Seorang Mahasiswa di Malang, Dituduh Pengumpul Dana ISIS dan Penyebar Medsos Terkait Teroris
Insiden di Ukraina juga telah "memperparah pandemi Covid-19 ... krisis di atas krisis ... menghancurkan kehidupan, menyeret pertumbuhan ke bawah, dan mendorong inflasi" ucap Direktur Pelaksana Dana Moneter
Internasional, Kristalina Georgieva.
Georgieva menyoroti dampak melonjaknya harga pangan dan energi diseluruh dunia, dan mengatakan krisis tersebut akan menciptakan masalah besar bagi negara-negara rentan yang berhutang tinggi.
Insiden di Ukraina juga telah "memperparah pandemi Covid-19 ... krisis di atas krisis ... menghancurkan kehidupan, menyeret pertumbuhan ke bawah, dan mendorong inflasi" ucap Direktur Pelaksana Dana Moneter
Internasional, Kristalina Georgieva.
Georgieva menyoroti dampak melonjaknya harga pangan dan energi diseluruh dunia, dan mengatakan krisis tersebut akan menciptakan masalah besar bagi negara-negara rentan yang berhutang tinggi.
Baca Juga: Mesut Ozil akan Datang ke Indonesia : Beri Salam kepada Fans dan Sampai Jumpa di Jakarta
Georgieva mendesak seluruh negara-negara yang berada di atas rata-rata untuk menurunkan hambatan perdagangan.
Georgieva mendesak seluruh negara-negara yang berada di atas rata-rata untuk menurunkan hambatan perdagangan.
Termasuk membantu negara yang sedang dalam kesulitan utang, dan meningkatkan sistem pembayaran lintas batas.
Peringatakan tersebut diumumkan ketika kekhawatiran resesi global terjadi dengan produksi China yang turun tajam.
Peringatakan tersebut diumumkan ketika kekhawatiran resesi global terjadi dengan produksi China yang turun tajam.
Baca Juga: Pemerintah Malaysia Larang Ekspor Ayam Mulai 1 Juni
China yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar dunia saja bisa mengalami penurunan yang tajam, apalagi dengan negara yang rentan dan berada di bawah rata-rata.
Sementara Eropa dan AS saat ini sedang bergulat melawan krisis biaya hidup dan pasar negara yang tengah mengalami kekurangan pangan.
China yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar dunia saja bisa mengalami penurunan yang tajam, apalagi dengan negara yang rentan dan berada di bawah rata-rata.
Sementara Eropa dan AS saat ini sedang bergulat melawan krisis biaya hidup dan pasar negara yang tengah mengalami kekurangan pangan.
Baca Juga: Sudah Disuruh Layani 2 Majikan di Arab Saudi, TKW Indonesia Ini Hanya Bisa Nurut Walau Baru Datang
Oleh sebab itulah Georgieva menyerukan semua negara untuk menambahkan
volatilitas (ukuran perubahan statistik suatu harga sekuritas dalam periode tertentu).
volatilitas yang disebutkan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pasar keuangan dan menurunkan ancaman perubahan iklim yang
berkelanjutan.***
Oleh sebab itulah Georgieva menyerukan semua negara untuk menambahkan
volatilitas (ukuran perubahan statistik suatu harga sekuritas dalam periode tertentu).
volatilitas yang disebutkan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pasar keuangan dan menurunkan ancaman perubahan iklim yang
berkelanjutan.***