TUTUP MATA! China dan Rusia Disebut Penghambat, Borrel: Dunia Menyaksikan Ngeri Kekerasan di Myanmar

- 11 April 2021, 20:02 WIB
Bentrok Berdarah Anti Kudeta Myanmar.
Bentrok Berdarah Anti Kudeta Myanmar. /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS
 
 
MEDIA PAKUAN - Diplomat utama Uni Eropa (UE) mengatakan China dan Rusia menghambat dan kurang merespon internasional.
 
Padahal aksi kudeta 1 Februari yang dilakukan  militer Myanmar, Minggu, 11 April 2021 lalu sudah banyak memakan banyak korban.

"Cukup mengherankan Rusia dan China tidak  memblokir upaya Dewan Keamanan PBB. Termasuk  untuk memberlakukan embargo senjata," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell dalam postingan blog-nya.

"Persaingan geopolitik di Myanmar akan membuat sangat sulit untuk menemukan titik temu,” kata Borrell, yang mewakili 27 negara anggota UE.
 
 
 
Baca Juga: Polisi Gerebek Kampung Narkoba di Palembang, 65 Orang Diamankan Berikut Sabu

Selain itu, dia juga mengatakan, pasukan keamanan Myanmar telah menewaskan lebih dari 550 pengunjuk rasa tak bersenjata. 
 
Termasuk 46 anak-anak, dalam tindakan keras berdarah sejak kudeta pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

"Dunia menyaksikan dengan ngeri, karena tentara menggunakan kekerasan terhadap rakyatnya sendiri," kata Borrell.
 
 

China dan Rusia merupakan negara pemasok senjata terbesar dan kedua Myanmar.

Sebelumnya, Dewan Keamanan PBB pekan lalu menyerukan pembebasan Aung San Suu Kyi dan anggota lainnya yang ditahan oleh militer namun tidak mengutuk kudeta tersebut.

Sementara itu, UE sedang menyiapkan sanksi baru untuk individu dan perusahaan milik militer Myanmar.

Selain itu, pengaruh ekonomi di Myanmar relatif kecil, Borrell mengatakan UE dapat menawarkan untuk meningkatkan hubungan ekonominya dengan Myanmar jika demokrasi dipulihkan di negara itu.

Dia mengatakan, hal tersebut bisa mencakup lebih banyak perdagangan dan investasi dalam pembangunan berkelanjutan.***


Editor: Ahmad R

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x