Pengunjuk Rasa Tetap Menentang Kudeta, Junta Myanmar Menolak Berkompromi

- 21 Maret 2021, 16:08 WIB
Warga Myanmar
Warga Myanmar /Reuters/

MEDIA PAKUAN-Meskipun jumlah korban tewas ditangan pasukan keamanan Myanmar meningkat, pengunjuk rasa tetap bersikap keras untuk menentang kudeta. Bahkan, junta militer tampaknya menolak tekanan dari luar untuk berkompromi.

Seorang dokter yang ada di pusat kota Monywa mengatakan, seorang pria tewas setelah polisi Myanmar menembaki kelompok yang mendirikan barikade, beberapa orang lainnya mengalami luka-luka.

Kekerasan yang dilakukan oleh pasukan keamanan Myanmar terhadap pengunjuk rasa anti kudeta memaksa orang-orang untuk bertekad menolak kembali ke pemerintahan militer.

Baca Juga: PASCA KILANG TERBAKAR! Koalisi Saudi Menggebrak Kamp-Kamp Militer Houthi di Sanaa, Al Masirah: Kuasai Bandara

Menurut penghitungan postingan medi sosial, hampir 20 protes diadakan semalam di Myanmar, termasuk kota utama Yangon, hingga komunitas kecil di bagian Kachin di utara dan kota paling selatan Kawthaung.

Para pengunjuk rasa anti kudta Myanmar, termasuk staf medis berpakaian putih, ikut berbaris sebelum matahari terbit "protes Fajar."

Di beberapa tempat lain, biksu Buddha juga melakukan protes dengan memegang lilin, beberapa orang melakukan protesnya dengan membentuk salam protes tiga jari menggunakan lilin.

Sementara itu, di kota Yangon, yang yang telah menjadi salah satu tempat kekerasan terparah sejak kudeta, pasukan keamanan bergerak dengan cepat membubarkan perkumpulan aksi protes tersebut.

"Sekarang mereka menindak protes malam kami. Granat setrum ditembakkan terus-menerus," tulis salah satu pengguna Facebook. Dan delapan orang ditahan.

Halaman:

Editor: Hanif Nasution

Sumber: reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah