AS Tunjukan Kekuatan pada Korut, Kim Jong Un sebagai Sasarannya

15 September 2020, 11:29 WIB
Presiden Korea Utara Kim Jong un. /twitter.com

MEDIA PAKUAN - Presiden Korea Utara Kim Jong-un ternyata pernah menjadi sasaran rudal militer Amerika Serikat.

Pada tahun 2017, Amerika pernah meluncurkan rudal presisi hanya untuk ditunjukan kepada Korea Utara (Korut) tentang kemampuannya untuk secara tepat menyerang target apa pun, karena bisa menjangkau lokasi peluncuran di Korut atau pemimpinnya yang menyaksikan peluncuran uji coba senjata Pyongyang.

Terkait manuver Amerika itu diungkap jurnalis Washington Post, Bob Woodward, dalam bukunya 'Rage' yang akan dirilis Selasa, 15 September 2020.

Baca Juga: Ternyata Kim Jong Un Pernah Nyaris Tewas Karena Jadi Sasaran Rudal AS

Menurut buku Woodward, tindakan Amerika itu dilakukan sebagai tanggapan atas uji coba rudal balistik antar benua (ICBM) Korea Utara yang mampu mencapai Amerika Serikat.

Dalam bukunya, Mantan Menteri Pertahanan James Mattis mengatakan, Pasukan AS Korea (USFK) kemudian bereaksi dengan rudal taktis yang menempuh jarak 186 mil sebelum jatuh ke Laut Timur.

"Itu adalah jarak yang tepat antara titik peluncuran rudal AS dan lokasi uji coba rudal Korea Utara, serta tenda tempat foto satelit menunjukkan Kim Jong-un sedang menyaksikan peluncuran rudal," tulis Woodward, sebagaimana yang diberitakan Ringtimesbali.pikiran-rakyat.com dalam artikel "Terungkap, Kim Jong Un Ternyata Pernah Nyaris Tewas dari Sasaran Rudal AS".

Baca Juga: Kabar Baik, Seluruh Tenaga Honorer Bakal Dapat BLT

"Artinya dimaksudkan untuk menjadi jelas, Kim Jong-un perlu mengkhawatirkan keselamatan pribadinya," kata Woodward, yang menambahkan bahwa tidak pernah dikonfirmasi apakah Korea Utara telah menerima pesan tersebut atau tidak.

Entah tidak sadar atau bersikap masa bodoh, Korea Utara yang hanya terus meningkatkan provokasinya, dengan meluncurkan ICBM yang hanya tiga minggu kemudian pada 28 Juli.

"Yang bisa menempuh 6.200 mil dan menghantam sebagian besar benua Amerika Serikat," tulis Woodward.

Baca Juga: Keren! Pake Aplikasi Ini Warung Tradisional Berasa Minimarket

Korea Utara meluncurkan rudal lain, yakni rudal jarak menengah yang terbang langsung di atas Jepang, yang digambarkan Woodward sebagai eskalasi yang jelas dalam provokasi yang mengubah karakter ancaman, 29 Agustus pada tahun yang sama.

"Mattis dapat melihat tekanan militer maksimum tidak dirasakan atau dilihat oleh (Korea) Utara. Dia mulai mencari opsi tanggapan yang lebih agresif dan bertanya-tanya apakah mereka harus mengambil tindakan pemboman yang sebenarnya di pelabuhan Korea Utara untuk mengirim pesan tersebut," tulis Woodward.

Pada bagian awal buku juga membahas tentang penderitaan Mattis tentang apakah dia harus membuat keputusan untuk menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan AS dari Korea Utara.

Baca Juga: Keren! Pake Aplikasi Ini Warung Tradisional Berasa Minimarket

"(Mattis) tidak berpikir bahwa Presiden Donald Trump akan melancarkan serangan pendahuluan di Korea Utara, meskipun rencana untuk perang seperti itu ada di rak," kata Woodward dalam bukunya.

Reporter "Watergate" itu mengklaim bahwa Komando Strategis AS di Omaha, Nebraska, telah dengan cermat meninjau dan mempelajari Rencana Operasi 5027 (OPLAN 5027) yang katanya ditujukan untuk perubahan rezim di Korea Utara, yang mencakup penggunaan 80 senjata nuklir.

"Ini sangat membebani saya setiap hari. Saya harus mempertimbangkan setiap hari ini bisa terjadi. Ini bukan masalah teoritis," kata Mattis yang dikutip Woodward.

Baca Juga: Hasil Penelitian Tim Astronomi, Ada Tanda Kehidupan di Planet Venus

"Saya benar-benar fokus pada bagaimana mencegah ini atau menghentikannya secepat mungkin. Menyadari bahwa situasi yang paling buruk mungkin akan mendikte penggunaan senjata nuklir, dengan segala arti dalam istilah, bukan hanya perang itu, tetapi cara itu akan mengubah dunia. Sekarang senjata nuklir bisa digunakan lagi," ujar mantan bos Pentagon tersebut kepada Woodward.

Dalam bab terpisah, Woodward berbicara tentang salah satu dari 18 wawancara yang dia lakukan dengan Presiden Donald Trump untuk bukunya, di mana dia bertanya seberapa dekat AS dalam perang dengan Korea Utara pada 2017.

"Jauh lebih dekat daripada yang diketahui siapa pun. Jauh lebih dekat," kata Trump.

Baca Juga: Seiring PSBB di Jakarta, Ratusan Personil Gabungan Lakukan Penyekatan di Perbatasan

Ketika Korea Utara menyatakan telah menyempurnakan kemampuan nuklir dan ICBM-nya, akhirnya ketegangan antara Washington dan Pyongyang mulai mendingin pada akhir 2017.

Setelah mengadakan pertemuan puncak AS-Korea Utara yang pertama di Singapura pada Juni 2018, hubungan Trump dan Kim Jong-un semakin membaik.

Akhirnya mereka bertemu lagi pada pertemuan puncak kedua mereka Februari 2019 dan pada pembicaraan singkat di Area Keamanan Bersama, di dalam Zona Demiliterisasi yang membagi kedua Korea Juni 2019.***

 

Editor: Ahmad R

Sumber: Ringtimes Bali

Tags

Terkini

Terpopuler