MEDIA PAKUAN-Sebuah unggahan yang beredar di media sosial Facebook ramai menjadi perbincangan para netizen di pertengahan Agustus 2020.
Adapun unggahan yang menyematkan konten dari situs gelora.co mencatut nama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.
Menteri Luhut diklaim memberikan pernyataan bahwa arak Bali dapat menurunkan angka penderita COVID-19.
Konten artikel berjudul "Luhut Sebut Arak Bali Bisa Turunkan Angka Penderita Corona" itu dipublikasikan di situs gelora.co pada 13 Agustus 2020.
Baca Juga: Celananya Kerap Diturunkan Teman Sekamar, Pria Ini Dihukum 15 Tahun
Namun, apakah benar Luhut pernah mengatakan arak Bali dapat turunkan angka penderita COVID-19?
Penjelasan:
Judul konten yang dimuat oleh gelora.co mengandung misinformasi atau kesalahpahaman orang atas sesuatu hal jika tidak dikaitkan dengan konteks pernyataan.
Luhut tidak menyebutkan secara gamblang kalau arak Bali bisa turunkan angka penderita corona baru. Pernyataan awal Luhut justru tampak ragu-ragu dengan khasiat arak Bali bagi pasien COVID-19.
Meski demikian, dia tetap mendukung upaya-upaya pemerintah daerah untuk menurunkan angka COVID-19, termasuk dengan inovasi kearifan lokal.
Baca Juga: Pertama Merayakan Upacara 17 Agusrus 2020 di Kota Maumere, Nusa Tenggara Timur.
"Kami bersyukur setelah 2 minggu angka COVID-19 menurun. Gubernur bilang ada herbal daerah, minum arak dari mereka. Ya entah benar, entah tidak, yang penting kelihatan turun. Saya dukung saja lah," kata Luhut sebagaimana dikutip situs berita cnnindonesia.com dalam berita berjudul "Tak Yakin Khasiatnya, Luhut Dukung Arak Bali untuk Covid-19".
Sementara, konten artikel gelora.co. tidak memuat pernyataan Luhut tentang arak Bali dapat menurunkan jumlah penderita COVID-19.
Baca Juga: Ikut Bergembira, Ini Harapan Tokoh Lebanon Pada HUT Ke-75 RI
Dalam konten itu, hanya terdapat pernyataan Luhut mendukung kearifan lokal setiap daerah selama digunakan untuk menurunkan angka penderita COVID-19.
Klaim: Luhut Panjaitan sebut arak Bali dapat turunkan penderita COVID-19?
Rating: Misinformasi