Bagaimana Memutus Anak Nakal, Menurut Psikologi dan Agama

12 Agustus 2020, 15:09 WIB
Ilustrasi anak hiperaktif. / Pixabay /

 

MEDIA PAKUAN - Seorang anak mempunyai dunianya sendiri, terlebih dalam cara merespon sesuatu yang tidak diinginkan. Terkadang respon berlebihan seorang anak dipandang orangtua atau pendidik melampaui batas kewajaran, sehingga muncul sebutan baru sebagai anak nakal.

Baca Juga: Jangan Dianggap Negatif, Ternyata Ber Game Diklaim Bisa Meningkatkan Kesejahteraan Anak

Sebenarnya dalam pembahasan psikologi, tidak ada istilah yang namanya anak nakal. Mereka hanya di definisikan sebagai anak yang istimewa, anak yang banyak tingkah, dan anak yang aktif. Hanya saja aktifnya terlalu berlebihan. Sehingga cenderung membuat ulah dan jengkel orang lain.

Mendidik anak yang bandel dan nakal menjadi penurut tidaklah mudah. Kebanyakan orang tua menghadapi anak yang nakal cenderung menggunakan kekerasan sebagai solusi untuk mengendalikan anak nakal. Dalam menerapkan pola asuh orang tua harus mendidik anak yang nakal menjadi penurut tapi tidak dilakukan dengan jalan kekerasan. Ataupun memberi predikat “Nakal” kepada anak.

Baca Juga: Aparat Diminta Lacak Pelaku Pembunuh Lutung Jawa di Malang

Penyebab anak menjadi penurut atau nakal sedikit banyak dipengaruhi oleh campur tangan orang tua dalam menerapkan pola asuh kepada anak. Untuk itu pola asuh dalam mendidik akan mempengaruhi karakter mereka. Anak sejak dini harus di didik dengan baik dan di jauhkan dari lingkungan atau hal yang buruk.

Belajar dari penjelasan tulisan Dr. Agus Purwanto, DSc, Seorang ilmuan dan peneliti fisika Universitas Hiroshima Jepang.Silahkan simak, telaah dan pahami uraian logika siklus kenakalan anak dalam pembahasan kali ini.

Urutan logika siklus nakalnya anak dengan tidak bijaknya orang tua adalah sebagai berikut:
Karena anaknya nakal, maka orang tuanya murka.
Karena orang tuanya murka, maka Allah juga murka.
Karena Allah murka, maka tidak turun rahmat di rumah itu.
Karena tidak turun rahmat di rumah itu, maka keluarga itu akan banyak masalah.
Karena keluarga itu banyak masalah, maka anaknya tidak merasakan kebahagiaan dan tidak nyaman, sehingga akan makin nakal.

Baca Juga: Terbuai Pujian, 100 Hari Bebas Covid-19 Selandia Baru Tiba-Tiba Lockdown

Gambaran siklus anak nakal : Anak nakal -> orangtua murka -> Allah murka -> keluarga tidak berkah -> keluarga banyak masalah -> tidak bahagia -> anak makin nakal.

Kalau tidak ada yang memutus siklus tersebut, maka akan terjadi pola anak baik akan semakin baik, anak nakal akan semakin nakal.Bagaimana cara memutus siklus Anak Nakal? Ternyata kuncinya bukan pada anak melainkan pada Orangtuanya.

Sebagaimana dalam hadist, Dari Abdullah bin ’Amru radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (Hasan. at-Tirmidzi : 1899, HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabiir : 14368, al-Bazzar : 2394)

Baca Juga: Fadli Zon dan Fahri Hamzah Dapat Penghargaan dari Presiden, Ini Kata Pengamat

Prinsip inti siklusnya sebenarnya masih pada orang tua yaitu: 

– Ridho Allah berada pada ridhonya orang tua.
– Murka Allah berada pada murkanya orang tua.

Maka strategi paling efisien untuk memutus rangkaian siklus itu Insya Allah ada pada bagian awal, yakni mencegah orang tua murka. Bila orang tua segera menghadapi anaknya dengan kasih sayang dan tidak dengan kemurkaan, maka orang tua itu menunjukkan kepada Allah bahwa mereka berdua ridho kepada anaknya. Tentu bukan ridho terhadap kenakalannya melainkan ridho kepada diri anaknya.***
Sumber tulisan, Septi Peni Wulansari Faunder Institut

Editor: Ahmad R

Tags

Terkini

Terpopuler