Kisah Sulaiman Al Rajhi : Orang Terkaya di Al Qassam Memilih Miskin

- 11 Januari 2024, 17:35 WIB
IKisah Sulaiman Al Rajhi : Orang Terkaya di Al  Qassam Memilih Miskin
IKisah Sulaiman Al Rajhi : Orang Terkaya di Al Qassam Memilih Miskin /Pexels

MEDIA PAKUAN -  Zaman sekarang banyak orang yang mengejar kekayaan untuk hidup lebih baik, berbeda dengan salah satu pria asal bukairiyah yang memilih hidup miskin di sisa umurnya yang sudah  tua, ia menghabiskan harta nya dengan cara mewakafkan kepada anak-anaknya.

Pengusaha sukses Arab itu memilih untuk jatuh miskin lagi dengan menyumbangkan hartanya, baik dalam bentuk uang, saham maupun properti untuk beramal.

"Segala harta milik Allah, dan kita hanyalah orang-orang yang diberi amanah (oleh Allah) untuk menjaganya," katanya.

Saat ditanya berapa banyak kekayaan yang diinfakkan, Al Rajhi hanya tertawa. Taipan yang memilih hidup miskin itu tak memberikan jawaban

Sulaiman Al Rajhi, memilih menghabiskan hartanya ia ingin kembali hidup miskin padahal hartanya sudah melimpah, sedari kecil ia sudah menekuni berbagai pekerjaan dikenal sebagai pribadi yang tekun, berbagai pekerjaan ditekuninya, dari pelayan, porter, sampai juru masak.

Baca Juga: Pasca Dikritisi Jokowi, KPU Tegaskan Tak Mengubah Format Debat Capres dan Cawapres: Ternyata Ini Alasanya?

Al Rajhi kecil memang berasal dari kalangan keluarga miskin. Karena keadaan tersebut, ia sudah harus bekerja sebagai porter di Pasar Al Khadra Riyadh meski baru berusia 9 tahun.

Saat berusia 12 tahun, dia bekerja di kebun kurma dengan gaji yang tidak lebih dari 6 rial per bulan, biasa tidur di atas kerikil, mengenakan pakaian yang sama seperti yang dipakai selama bekerja.

Al Rajhi adalah seorang pria yang memperoleh kekayaannya dari nol, mengandalkan ketabahan dan tekad.

Seluruh harta nya merupakan hasil kerja kerasnya sendiri, bukan merupakan harta warisan orang tuanya.

Bernama lengkap Syaikh Sulaiman bin Abdul Aziz Al Rajhi, taipan tersebut lahir pada 30 November 1928 di Al Bukairiyah, Al Qassim, Arab Saudi. Dengan kata lain, ia kini sudah berusia 94 tahun.

Baca Juga: Aksi Kamisan ke 801,Mahasiswa Sukabumi Sebar Selebaran:Ingatkan Mirisnya Demokrasi-Penanganan HAM di Indonesia

Setelah mempunyai tabungan dari hasil jerih payahnya, Al Rajhi banting setir menjadi pedagang grosir minyak tanah impor. Ia kemudian membuka toko kelontong sendiri untuk melancarkan bisnisnya. Namun tidak lama Tepat saat berusia 15 tahun, dia pun mempersunting istrinya dan menjual tokonya ia memerlukan banyak uang untuk biaya pernikahannya.

Usai menikah, dia kembali menjadi pekerja. Al Rajhi bekerja di perusahaan milik saudaranya, Saleh Al Rajhi. Perusahaan itu bergerak di bidang penukaran uang.

Seiring berjalannya waktu, perusahaan itu berkembang pesat. Saleh dan Al Rajhi lantas memutuskan membuka cabang baru.

Namun, perkembangan perusahaan jasa penukaran uang itu tidak  membuat Al Rajhi puas, dia pun memutuskan untuk mencari tantangan baru.

Tahun 1970, lembaran baru dimulai. Al Rajhi membuka perusahaan penukaran uang sendiri, usahanya itu berkembang pesat dalam waktu singkat hingga mencapai 30 cabang di seluruh Arab Saudi. Selain itu, usahanya itu juga terdapat di Mesir dan Lebanon.

Baca Juga: Bawaslu DKI Ungkap SDM PTPS Pemilu 2024 Masih Kurang

Setelah dua tahun berjalan, perusahaan tersebut berubah nama jadi Al Rajhi Banking and Investment, yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Al Rajhi Bank, salah satu bank syariah terbesar di dunia.

Ketekunan mengantarkannya menjadi seorang taipan. Pada 2011, kekayaan Al Rajhi tercatat Rp112,9 triliun.

Namun, pada 2015 kekayaan itu turun menjadi tinggal US$2,1 miliar atau Rp30,8 triliun. Penurunan kekayaan terjadi setelah 2011 lalu, Al Rajhi menyatakan komitmennya untuk menyumbangkan sebagian besar kekayaannya untuk amal, mendanai upaya pengentasan kelaparan dan pendidikan di Arab Saudi.

Karena keyakinan agama yang kuat itu juga, Al Rajhi selalu memegang prinsip hidupnya dengan kuat. Meskipun itu harus berhadapan dengan pemerintah Arab.

Baca Juga: Beri Tawaran 22 Juta Poundsterling! Tawaran Arsenal Ditolak oleh Getafe untuk Datangkan Borja Mayoral

"Saya bukan orang kikir. Saya orang yang waspada dengan pemborosan dengan keyakinan bahwa Allah menganugerahkan kekayaan kepada kita bukan untuk menunjukkan kesombongan atau pemborosan tetapi untuk menangani kekayaan sebagai harta yang dipercaya," katanya.

Alasan Sulaiman bersikap demikian karena dia tidak mau kekayaannya tidak bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Maka, dia selalu menggunakan harta untuk kegiatan bermanfaat, termasuk kegiatan amal

Ketika ditanya tentang rahasia kesuksesannya, Sulaiman Al Rajhi sering mengulangi bahwa itu semua berkat menabung.

Ia terbiasa menyimpan uang yang dihasilkan olehnya untuk hari berikutnya. Dengan begitu, Ia dapat memiliki uang untuk membangun masa depannya.***

Editor: Popi Siti Sopiah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah