Anda mungkin akan menebak bahwa kedisiplinan mengerjakan ibadah wajib adalah salah satunya.
Sebagian lain akan mengatakan bahwa konsistensi meninggalkan dosa juga termasuk penentu baik-tidaknya keislaman.
2. Namun siapa sangka bahwa “meninggalkan yang tidak bermanfaat” juga merupakan salah satu patokan utama kualitas keislaman seseorang?
Imam An-Nawawi memasukkan hadits diatas dalam masterpiece beliau, Al-Arba’in, tidak lain karena ia merupakan kaidah emas untuk sukses dalam kehidupan.
3. Dalam Al-Qur’an juga banyak ayat-ayat yang senada dengan hadits ini, seperti firman-Nya,:
“Tidak ada kebaikan pada pembicaraan mereka kecuali yang menganjurkan bersedekah, berbuat baik, atau mendamaikan sesama manusia.”
(Qs An Nisa : 114) .
4. Meninggalkan yang tidak bermanfaat sama dengan meninggalkan yang haram, sebab ia akan menjerumuskan pelakunya ke neraka.
Ia berbahaya, sangat berbahaya.
Ia juga bermakna meninggalkan yang makruh, karena meski bila dikerjakan tidak mengapa, namun menyiakan kesempatan memperoleh pahala dengan meninggalkannya.
Meninggalkan yang tidak berguna bahkan mencakup hal-hal yang mubah.
Baca Juga: Bikin Resah! Teror Geng Motor Kembali Terjadi di Sukabumi, Warga Nyaris Dibacok pada Dini Hari