Baca Juga: Kisah Syekh Ahmad Rifai Mencium Tangan Rasulullah dan Disaksikan 12 Ribu Muridnya
Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عَجِبْتُ لَهَا فُتِحَتْ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ
“Aku takjub dengan doa itu. Pintu-pintu langit dibuka karenanya.”
Mendengar keutamaan ini, Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu sangat tertarik. Ibnu Umar adalah sahabat yang sangat cerdas. Ia tak ingin kehilangan kesempatan agung nan mulia: pintu-pintu langit dibuka.
Artinya bacaan itu bukan bacaan sembarangan. Jika pedagang sangat mengharapkan dibukanya pintu rezeki, maka para ulama sangat berharap dibukanya pintu langit untuk kebaikan dan amal-amal mereka.
Baca Juga: Jangan Keliru, Ini Hukum Mengucapkan Salam Ketika Masuk Ke Rumah Kosong
Maka sejak saat itu, Ibnu Umar selalu membaca kalimat tersebut sebagai doa iftitah setiap kali shalat.
Syaikh Abdul Ilah bin Husain Al ‘Afraj menjelaskan dalam Mafhum Al Bid’ah wa Atsaruhu fil Fatwa (Konsep Bid’ah dan Toleransi Fiqih), bahwa doa semacam ini merupakan contoh adanya hal baru yang ‘diciptakan’ sahabat dan disetujui oleh Rasulullah.
Dalam ulumul hadits, hal seperti ini disebut sebagai hadits taqriri. Yakni perkataan atau perbuatan sahabat yang disetujui oleh Rasulullah. Sebab, ada pula hal baru –baik perkataan atau perbuatan sahabat- yang tidak disetujui oleh Rasulullah sehingga sahabat tersebut tidak meneruskannya.