Tidak Boleh Dilupakan! Keterlibatan Santri Pertempuran 10 November 1945 Lalu : Laskar Hisbullah dan Sabilillah

- 8 November 2021, 15:00 WIB
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin melihat foto Roehana Koeddoes saat penganugerahan pahlawan nasional di Istana Negara, Jakarta, Jumat 8 November 2019.
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin melihat foto Roehana Koeddoes saat penganugerahan pahlawan nasional di Istana Negara, Jakarta, Jumat 8 November 2019. /Dok Foto: Setpres/Biro Pers

Baca Juga: Update Vaksinasi Covid-19 Kota Sukabumi: Target Lansia Masih Loyo, PPKM Masih Bertahan di Level 2

Sejumlah tokoh pun bermunculan mengobarkan semangat perjuangan. Misalnya Bung Tomo, KH Hasyim Asy'ari, dan KH Wahab Hasbullah.

Sejarah pun mencatat bahwa kemerdekaan ini tidak akan terjadi jika tidak ada resolusi jihad fii sabilillah dari kalangan Santri, Hisbullah dan Sabilillah.

Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN), Sunan Ampel menilai bahwa Hari Pahlawan harus ada karena merupakan bagian penting dari sejarah bangsa Indonesia.

Baca Juga: 16 Jam Melayani Majikan Arab Saudi, TKW Indonesia Ini Hanya Dikasih Jatah Makanan Bekas Walau Tenaga Terkuras

"Karena itu, penetapan Hari Santri 22 Oktober yang selang 20 hari dari Hari Pahlawan 10 November bermakna strategis untuk menunjukkan bahwa kaum Muslim berperan dalam perjuangan kemerdekaan," ucapnya.

Pertempuran Surabaya yang melahirkan Hari Pahlawan tidak akan pernah ada, jika tidak ada semangat juang dari kalangan santri atau Muslim yang didasari oleh Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945.***



Halaman:

Editor: Ahmad R

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x