Berujung Mengenaskan! Pria Ini Nekat Masuk Rawa Ireng, Tempat Paling Sakral Dipulau Jawa

- 27 Agustus 2021, 16:00 WIB
Ilustarasi Rawa Ireng
Ilustarasi Rawa Ireng /Kodar Solihat/DeskJabar
 
 
MEDIA PAKUAN - Orang pribumi percaya jika rawa ireng adalah tempat paling sakral seantero pulau jawa. 
 
Dinamakan rawa ireng karena tempat tersebut memanglah hanya hamparan rawa-rawa yang jika ada orang yang kakinya terjebak dirawa maka akan terhisap dan tak akan bisa keluar lagi. 
 
Selain karena daerah yang berupa rawa, disebut rawa ireng karena air rawa yang hitam seperti oli bekas serta aromanya yang busuk.
 
 
Begitu busuknya lalat pun sampai mati jika berada ditempat tersebut. Warga percaya tempat itu adalah istanannya lelembut, tempat para orang pinter cari wangsit dan tidak sembarangan orang bisa melangkahkan kakinya ke rawa ireng. 
 
Jika hatinya buruk maka orang itu akan terseret masuk kedalam gelapnya rawa ireng dan takkan bisa kembali. 
 
Orang dengan hati busuk akan terhisap, bangkainya akan masuk kedalam rawa dan tak dapat ditemukan lagi, yang tersisa hanya bau busuknya saja.
 
 
Konon begitu banyaknya jasad-jasad yang tertelan rawa ireng hingga aromanya sangat busuk menyengat.
 
Berikut kisah seorang pria malang yang terhisap rawa ireng.
 
Tiga pria dewasa menerobos hutan dengan hanya menggunakan penerangan dari obor. Langkah mereka tampak terburu-buru mengejar binatang buruan.
 
 
"Cepetan Jo, nanti dia kabur.!" Seru Jarwo, lelaki dengan perawakan tinggi besar dengan luka goresan diwajah sehingga menampakkan kesan sangar pada dirinya.
 
Lelaki itu dikenal sebagai bos jarwo, antek menir Belanda di daerahnya. Pria yang dipanggil Paijo lalu melebarkan langkah kakinya, kakinya terus melebar.
 
Kreteeeekkk..kreteeeek... Suara ranting kayu yang terinjak menghiasi malam itu.
 
 
"Kampret, dimana rusa itu. Hampir tak sikep awak e malah ngilang, cari terus man..!" Seru Jarwo.
 
"Wokey bos...!" Sahut Maman, anak buah Jarwo.
 
Maman menghentikan langkahnya secara tiba-tiba hingga Jarwo manabrak tubuhnya.
 
 
"Wadoooooh... Apa-apaan kamu Man, berhenti kok dadakan." Kesal Jarwo.
 
"Bbbooooossss, kkkiiittta ppulllaaang ssajjjja bosss, iittttuuuu...!" Lirih Maman ketakutan.
 
"Heh, ngomong apa kamu? Nggak jelas" ujar Jarwo.
 
 
"Rawwwaa irreeeeng bbbosss, aakkkuu nggaaak beranniii masuk kessana boss.." Maman semakin gugup ketakutan melihat tempat sakral itu, yang dikenal dengan rawa ireng atau rawa hitam.
 
Kaki Maman bergetar hebat, perlahan celana panjangnya basah dan tercium bau khas orang buang air kecil.
 
Tak lama, Maman kabur terkencing-kencing meninggalkan bosnya itu, begitupun Paijo yang juga tak kalah ketakutan.
 
 
"Woy Maman, Paijo!.. Malah minggat koe...!" (malah kabur kamu!!)
 
Jarwo berteriak memanggil anak buahnya tersebut, tapi sia-sia, Maman dan Paijo sudah pergi dan tak terlihat punggungnya.
 
Bos Jarwo mengumpat karena ditinggal pergi oleh anak buahnya, sebenarnya dirinya juga takut dengan rawa ireng. 
 
 
Tapi hasrat dirinya terhadap binatang buruannya sangatlah kuat, hingga akal sehat Jarwo hilang. 
 
"siiallll...!"
 
Bos Jarwo mengumpat, langkah kakinya seakan ragu untuk terus melangkah.
 
 
Tapi tiba-tiba sekelebat bayangan perempuat tertangkap oleh pengelihatannya.
 
Bos Jarwo menyipitkan matanya berusaha memperjelas lagi siapa sosok yang dia lihat barusan.
 
" Sumiraaaah.. " ujar Jarwo, Sumirah merupakan wanita yang dikenal karena kecantikannya yang tiada banding, membuat semua lelaki ingin meminangnya, termasuk Jarwo.
 
 
Jarwo tersenyum lebar, kakinya tanpa sadar mengikuti sosok tersebut. Tubuhnya semakin dalam masuk ke rawa ireng. 
 
Terus dan terus Jarwo mengejar sosok yang dia panggil Sumirah.
 
Nafas bos Jarwo terputus-putus, Sumirah menghilang. Dia putus asa dan hendak memutar kakinya untuk pulang saja kerumah. 
 
 
Hasratnya terhadap Sumirah hilang bersamaan dengan tenaganya yang habis.
 
" Hah...!!! Opo kie..!" (apa ini?)
 
Kaki Jarwo tak bisa diangkat seolah ada tangan yang mencekal kakinya. Jarwo dengan sisa-sisa tenaganya berusaha menarik kakinya.
 
 
Akhirnya kaki bisa terlepas dari cengkraman lumpur rawa, tapi tiba-tiba aroma menjadi berbau busuk.
 
Jarwo langsung kabur, dia terkencing-kencing kabur dari tempat mengeritan tersebut. Sepasang mata menatapnya tajam dan terdengar suara mendesis.
 
"MANGAAAN.". (makan).
 
Lagi-lagi kaki Jarwo tersangkut dan kini dengan cepat menyeretnya kedalam rawa.
 
 
"Paijooooo...! Mamaaan toloooong!"
 
Jarwo berusaha memanggil anak buahnya agar menolongnya tapi sia-sia. Tubunya semakin tenggelam dan kini sampai kelehernya.
 
"Uwaaaaaaaaaaaaaaaaaa...........!!!!!!"
 
Jeritan terakhir bos Jarwo menghiasi malam di rawa ireng.***

Editor: Adi Ramadhan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x