MEDIA PAKUAN - Kelangkaan pupuk di Kabupaten Sukabumi semakin meluas. Para petani disejumlah kecamatan kini harap cemas lahan pertanian dimusim tanam terancam gagal tanam.
Mereka mencemaskan pupuk makin sulit diperoleh. Dan kalaupun ada, harga sangat sulit dijangkau para petani. Terutama pupuk jenis NPK dan Urea
Apalagi kelangkaan dimanfaatkan spekulan untuk mendapat keutungan berlipat. Potensi tersebut, para petani lebih memilih menunda bercocok tanam pada kuartal tanam kedua tahun ini.
Baca Juga: Waspada Balong Cuek, BPBD Kota Sukabumi Himbau Warga Mitigasi Mandiri: Bersiaga Dilangganan Bencana
"Sudah hampir sebulan terakhir ini, kelangkaan pupuk terjadi. Kami terpaksa menunda bercocok tanam menunggu pupuk ada,"kata warga Kebonpedes, Dasep.
Sementara Sub Koordinator Pengawasan Pupuk dan Pestisida pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukabumi, Agung Citra Purnama, menepis terjadi kelangkaan pupuk.
"Pada dasarnya, stok pupuk relatif aman dan terkendali. Sebagian besar petani terpenuhi kebutuhan pupuk,"katanya.
Agung mengatakan stok pupuk di gudang Karang Tengah Cibadak perJuni 2023 lalu, sebesar 1.491 Ton untuk jenis urea. NPK sebanyak 993 Ton.
Sedangkan stok pupuk di gudang Cibolang, Cisaat, 1.521,55 Ton Jenis urea dan Npk 1.040,90 Ton.
“Sementara di Gudang Lini III Surade, stok produk urea sub 50 kg sebanyak 515.45 Ton, Npk 15.10.12 dan NPK Sub 50 sebanyak 678.30 Ton. Dan Petroorganik Petroganik Sub 40 Kg, sebanyak 3.12 Ton,” katanya.
Adapun harga eceran tertinggi (HET) subsidi untuk urea Rp 2.250 per kilogram dan NPK Rp 2.300 per kilogram. Dan non subsidi urea Rp 11.935 per kilogram dan NPK Rp 19.200 perkilogram.
“Disparitas harga antara subsidi dan nonsubsidi sangat jauh. Mungkin petani merasa mahal itu, ketika menerima harga dari kios pupuk jenis nonsubsidi,” katanya.***