Ustadzah Alvi, Mengajar Mengaji di Lokasi Bencana Ciherang Sukabumi: Mendidik Santri Menunggu Hunian Tetap

- 3 Oktober 2021, 16:58 WIB
Pergerakan tanah Ciherang, Kabupaten Sukabumi Makin meluas.  Warga cemas bencana bertambah, hunian tetap masih bekum terwujud
Pergerakan tanah Ciherang, Kabupaten Sukabumi Makin meluas. Warga cemas bencana bertambah, hunian tetap masih bekum terwujud /Manaf muhammad/
 
 
 
MEDIA PAKUAN - Seorang warga penyintas bencana tanah bergerak di Kampung Ciherang Kabupaten Sukabumi rela mengajar santri di lokasi bencana.
 
Ialah Alvi Rahayu (25) seorang perempuan yang tinggal di Kampung Ciherang Rt 01/02 Desa Cijangkar kecamatan Nyalindung Kabupaten Sukabumi.
 
Kegiatan sehari hari Alvi adalah mengajar ngaji anak muda di Ciherang Sukabumi.
 
 
Ia rela mengorbankan waktunya untuk mendidik putra putri di kampungnya di sela sela profesinya sebagai guru honorer di SDN setempat.
 
Namun sejak bencana pergerakan tanah yang melanda kampung tempat tinggalnya pada Minggu 13 Desember 2020 sekitar pukul 18.00 WIB, kegiatan belajar megajar ngaji menjadi terhambat.
 
Apalagi rumahnya ikut hancur terbawa longsor yang ditimbulkan pergerakan tanah pada awal Maret 2021. Sehingga saat ini ia hanya mengandalkan hunian sementara di sekitar lokasi bencana.
 
 
"Sekarang pindah sementara ke lahan kebun masih sekitar 500 meter ke lokasi bencana, di sana bangun hunian sementara, panggung alasnya bambu," kata Alvi kepada Media Pakuan, minggu 3 Oktober 2021.
 
Meskipun keadaan terbatas, namun semangatnya tak pernah luntur untuk mendidik putra putri generasi penerus bangsa.
 
"Iya masih mengaji, cuma ga sebanyak pas rumah di bawah sebelum bencana karena sekarang mereka pada pindah ke hunian sementara di Ciherang Kidul," tutur Alvi.
 
"Anak anak ngaji waktunya sore abis ashar dan malam abis maghrib, sore mah anak kecil kalau maghrib anak SMP sampai dengan kelas atas," ucapnya.
 
Lokasi bencana Ciherang Kabupaten Sukabumi
Lokasi bencana Ciherang Kabupaten Sukabumi
 
Alvi bersama ratusan Ciherang Sukabumi lainnya masih hidup dalam keselamatan yang tidak menentu.
 
Pasalnya setelah tanah bergerak pada Desember 2020 lalu retakan tanahnya meluas daalam beberapa bulan setelahnya.
 
"Kalo hujan yang di daerah bawah itu masih terus aja pergerakan tanahnya longsor longsor dikit gitu, kalo hujan deras itu ngaruh ke pergerakan tanahnya makin ambles semakin kebawa longsoran lagi," jelasnya.
 
 
"Yang paling diharapkan ya hunian tetap, karena di sini kita ngebangun rumah seadanya, sementara, tidak senyaman selayak rumah kita sebelumnya, rumah tempat kita berlindung, kami menunggu kepastian dari pemerintah, kapan segera dibangunkan rumah untuk kami, karena itu sekarang yang paling kami harapkan," ujarnya.
 
Di hunian sementara itu Alvi mengatakan ada 4 orang yang tinggal di sana.
 
Termasuk ayahnya Ian Riyansyah (54) yang bekerja sehari hari sebagai petani dan juga buruh serabutan.
 
 
Sementara itu Kepala Desa Cijangkar Kecamatan Nyalindung Kabupaten Sukabumi, Heri Suherlan (50) mengatakan saat ini ada 461 jiwa penyintas bencana tanah bergerak yang menunggu bangunan hunian tetap dari pemerintah.
 
Bahkan kini bencana telah memporak-porandakan pagar sekolah di pintu masuk roboh, kedalaman retakan nambah, longsoran ke bawah sebelah kiri retakan kembali terjadi dikarenakan hujan.
 
"Sementara ada kemarin dari ketahanan pangan provinsi berupa beras 2 Minggu yang lalu sebagai usulan 3 bulan yang lalu, yang lainnya gak ada, masyarakat hari ini minta kepastian huntap, itu terpenting.
 
Meski masyarakat sudah dapat DTH (Dana Tunggu Hunian) dari pusat sebagai dana untuk ngontrak selama 5 bulan pertama Rp3 juta rumah yang masyarakat gunakan untuk relokasi mandiri ke tempat /tanah saudara dan tetangga," pungkasnya di Sukabumi.***

Editor: Ahmad R

Sumber: Media Pakuan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x