"Ketika program makan siang gratis akan ditutup dari BOS, perlu dihitung kira-kira biayanya sebesar apa dan apakah manfaatnya lebih besar dari output dan outcome dari program yang sudah berjalan," katanya.
Potensi multiplier effect
Rendy juga menyinggung efek berganda (multiplier effect) kebijakan makan siang dan susu gratis yang menurutnya tidak akan optimal.
Sebab, meski program makan siang gratis ini punya potensi keterkaitan antarsektor, baik dari sisi hulu maupun hilir, ekosistem yang ada di Indonesia saat ini belum terbangun dengan baik.
Sektor pertanian, misalnya, saat ini bukanlah sektor yang cukup baik kinerjanya mengingat berbagai permasalahan di hulu maupun hilir yang kerap terjadi, misalnya kenaikan harga beras pada awal 2024.
"Tentu kalau sudah terbangun baik dan proper, [kebijakan itu] akan berpotensi memberikan efek multiplier yang besar, terutama kalau kita bicara konteks penyediaan atau suplai bahan-bahan makan siang gratis itu," ujarnya.
Demikian pula terkait dengan program susu gratis, yang komoditasnya relatif lebih banyak diimpor. Sementara untuk membangun industri peternakan yang bisa mengimbangi peningkatan permintaan dari program tersebut, dibutuhkan waktu yang tidak singkat.
"Nah pekerjaan rumah pemerintah mendatang nantinya adalah selain membangun tapi juga memperbaiki ekosistem subsektor yang berkaitan dengan makan siang gratis ini," kata Rendy.***