Hasil Survei, Belajar Secara Online Memberatkan Ekonomi Keluarga

- 21 Agustus 2020, 11:20 WIB
Ilustrasi/ISTIMEWA
Ilustrasi/ISTIMEWA /

MEDIA PAKUAN-Belajar di rumah secara online terbukti membebani keluarga dari sisi ekonomi.

Berdasarkan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), sebagian besar warga Indonesia menganggap berat biaya sekolah/kuliah online. “Mayoritas (67 persen) merasa sangat/cukup berat membiayai sekolah/kuliah online. Hanya 6 persen dari warga yang mempunyai anggota keluarga yang sekolah atau kuliah secara online yang menganggap tidak berat membiayai kuliah/sekolah secara online. Sekitar 26 persen menyatakan sedikit berat,” kata Manajer Kebijakan Publik Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Tati Wardi, saat mempresentasikan hasil survei nasional SMRC pada Selasa, 18 Agustus 2020, di Jakarta.

Survei nasional SMRC tersebut dilakukan pada 5-8 Agustus 2020 dengan melibatkan 2.201 responden yang dipilih secara acak. Margin of error survei diperkirakan +/-2.1 persen.

Menurut Tati, temuan ini penting diperhatikan pemerintah karena berpotensi mengganggu pencapaian yang diharapkan pemerintah melalui penerapan kegiatan pembelajaran jarak jauh."Pembelajaran secara daring ini tentu harus diterapkan pemerintah,” kata dia.

Baca Juga: Rekomendasi Drama Korea Bertema Kerajaan Terbaik tahun 2020

Pemerintah perlu juga memperhatikan secara serius beban yang dihadapi masyarakat, terutama bila kebijakan ini masih akan terus dilanjutkan.

Dijelskan, survei nasional ini juga menunjukkan mayoritas warga atau sekitar 70 persen mempunyai setidaknya satu anggota keluarga yang masih sekolah/kuliah.

Dari 70 persen warga tersebut, sekitar 87 persen menyatakan bahwa sekolah/kuliah online (belajar jarak jauh) dilakukan oleh semua atau sebagian dari anggota keluarga yang masih sekolah/kuliah.

Warga yang di dalam keluarganya terdapat anggota keluarga yang masih sekolah atau kuliah dan yang menyatakan masih sekolah/kuliah inilah yang terkena beban dari belajar secara daring."Survei SMRC juga menunjukkan, anggapan bahwa biaya pendidikan online sangat/cukup berat ini berkorelasi dengan tingkat pendidikan dan pendapatan," tegas Tati.

Baca Juga: Pasca Normaliasi Hubungan Politik, UEA Segera Buka Kedutaan Besar di Tel Aviv

Bila dilihat dari latar belakang pendidikan, sebutnya, makin tinggi pendidikan seseorang makin rendah kecenderungannya untuk menyatakan sangat/cukup berat membiayai pendidikan online. “Terdapat sekitar 72 persen-73 persen warga yang berpendidikan SD dan SMP yang menganggap biaya pendidikan online sangat/cukup berat,” ungkapnya.

Sementara hanya 63 persen warga berpendidikan SMA dan 57 persen warga berpendidikan PT yang beranggapan demikian. Begitu juga bila dilihat dari pendapatan, makin tinggi pendapatan seseorang makin rendah kecenderungannya untuk menyatakan sangat/cukup berat membiayai pendidikan online.

Terdapat 80 pesen warga berpendapatan maksimal Rp1 juta/bulan yang menyatakan sangat/cukup berat membiayai pendidikan online; 73 persen warga berpendapatan antara Rp1-2 juta/bulan; 62 persen warga berpendapatan Rp2-4 juta; dan hanya 50 persen warga berpendapatan lebih dari R4 juta/bulan yang beranggapan demikian."Jadi, terlihat sekali bahwa pendidikan jarak jauh ini membawa dampak serius terutama pada kalangan status sosial ekonomi lebih rendah," pungkasnya.

Baca Juga: PSSI Pilih Kroasia Negara Tempat Pemusatan Latihan Timnas U-19

Artikel ini dikutip dari Wartaekonomi.co.id judul “SMRC: Mayoritas Warga Menganggap Berat Biaya Pendidikan Online”.(***)

Editor: Toni Kamajaya

Sumber: wartaekonomi.co.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah