BAHAYA! Gunung Ili Lewotolok Berstatus Siaga, 3 Hal Penting Ini Harus Dilakukan

30 November 2020, 13:18 WIB
Gunung Ili Lewotolok berstatus Siaga /ANTARA FOTO/Aken Udjan/

MEDIA PAKUAN - Gunung Ili Lewotolok dari yang awalnya berada di level II 'Waspada' kini telah berubah status menjadi level III 'Siaga'.

Status Gunung Ili Lewotolok menjadi siaga ditetapkan langsung oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Kenaikan status aktivitas vulkanik Gunung Ili Lewotolok disebabkan erupsi gunung yang mengeluarkan batu-batu lava pijar.

Baca Juga: Daftar Jadwal Libur Panjang di Bulan Desember 2020 ' Super Panjang'

"Iya benar, pihak Vulkanologi sudah menaikan status gunung ini dari semula waspada menjadi siaga sejak pukul 13.00 wita siang tadi karena erupsi gunungnya sampai mengeluarkan batu-batu atau lava pijar," kata Kepala Pelaksana BPBD Lembata Kanis Making yang dikutip Media Pakuan dari Antara News.

Dalam kondisi Gunung Ile Lewotolok yang saat ini telah mencapai level Siaga, PVMBG telah membeberkan beberapa hal yang direkomendasikan, diantaranya:

1. Tidak melakukan aktivitas di dalam radius empat km dari kawah puncak bagi pengunjung, pendaki, wisatawan, maupun masyarakat yang berada di sekitar gunung.

2. Menggunakan masker ataupun alat sejenisnya yang berfungsi serupa, guna untuk melindungi mata dan kulit. Sebab, upaya tersebut dilakukan untuk menghindari dampak abu vulkanit yang menyebabkan gangguan pernafasan akut maupun gangguan kesehatan lain.

3. Masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai-sungai yang berhulu di gunung ini agar waspada terhadap potensi ancaman bahaya lahar, terlebih di musim hujan, karena abu vulkanik yang saat ini jatuh di beberapa sektor di sekeliling Gunung Ile Lewotolok.

Baca Juga: Segera! Pendaftaran BLT Banpres UMKM Segera Ditutup? Buruan Daftar BPUM Secara Online di 15 Link

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lembata menerangkan hasil pantauannya, bahwa potensi bahaya Gunung Ili Lewotolok berupa lontaran batu atau lava pijar ke segala arah, hujan abu lebat yang penyebarannya dipengaruhi arah dan kecepatan angin, awan panas khususnya ke arah bukaan kawah, yang berada di sisi tenggara.

Gunung Ili Lewotolok juga memiliki potensi bahaya lain berupa longsoran material lapuk yang berada di kawah puncak ke arah tenggara maupun lahar di sungai-sungai yang berhulu dari puncak gunung merapi.

BPBD Lembata itu juga menjelaskan upaya pengungsian yang dilakukan, pihaknya dikonfirmasi sudah mengevakuasi sejumlah warga sebanyak 28 desa di dua kecamatan, sekaligus melakukan kaji cepat untuk memenuhi kebutuhan dasar warga yang mengungsi.

Baca Juga: Giveaway! Kartu Prakerja Bagi-Bagi Uang Tunai Rp40 Juta Gratis nih, Berikut Cara dan Syaratnya

Gunung Ili Lewotolok atau Ile Ape ini merupakan jenis gunung berapi stratovolcano yang terletak di bagian utara Pulau Lembata, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT.

Tingginya 1.423 meter dari permukaan laut (mdpl). Sejak 7 Oktober 2017 lalu gunung ini dinaikkan statusnya menjadi waspada karena ada peningkatan kegempaan.

 

Sejarah letusan Gunung Lewotolok tercatat sejak tahun 1660 kemudian tahun 1819, dan 1849. Selanjutnya pada tahun 1939 dan 1951 terjadi kenaikan aktivitas vulkanik Gunung Lewotolok.

Letusan Gunung Lewotolok yaitu berupa lontaran lava pijar, abu, awan panas dan embusan gas beracun.

Kini, BPBD Lembata melaporkan sebanyak 2.782 jiwa warga berhasil dievakuasi dari bawah kaki gunung Ili Lewotolok di Lembata yang kembali erupsi sejak pagi pukul 09.00 Wita, Minggu 29 November 2020.

Baca Juga: Pantesan Tidak Dapat BLT Guru Honorer Rp1,8 Juta, Ternyata Hanya 8 Golongan Inilah yang Dapat BSU

Kepala BPBD Lembata Kanis Making mengatakan terkait perkembangan bencana gunung berapi, terdapat ribuan pengungsi tersebut berasal dari 17 Desa di Kecamatan Ile Ape dan 9 Desa di Kecamatan Ile Ape Timur.

"Ada enam titik yang menjadi lokasi pengungsian, yakni tersebar di Kantor Bupati lama sebanyak 2.139 jiwa, Aula Ankara 32 jiwa, Kelurahan Lewoleba Tengah 140 jiwa, Tapolangu 228 jiwa, Desa Baopana 15 jiwa dan Kantor Badan Kepegawaian Daerah sebanyak 228 jiwa," tambah dia.

Sesuai laporan yang diterima, proses pengungsian Gunung Ile Lewotolok seperti halnya dengan pola pengungsian Gunung Merapi, dengan mengutamakan protokol kesehatan untuk mencegah terjadinya penularan COVID-19.

Kanis juga memberikan kabar baik bahwasannya dalam bencana tersebut tidak ada satupun korban jiwa.

"Kita bersyukur karena dapat bantuan dari Polri dan TNI dan masyarakat yang terdampak juga kooperatif sehingga proses evakuasi tak terlalu menemui kendala," tambah dia. ***

 

Editor: Siti Andini

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler