BPPTKG Pantau Gunung Merapi Melalui Udara

27 November 2020, 18:28 WIB
Sejumlah pejabat ikut memantau kondisi Gunung Merapi/BPPTKG /

MEDIA PAKUAN-Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memantau kondisi Gunung Merapi melalui udara menggunakan Helikopter type EC155B1.

Kepala BPPTKG, Hanik Humaeda ikut dalam proses pemantauan udara tersebut yang dilakukan pada Kamis, 26 November 2020.

Selama dua jam, Helikopter milik BNPB ini berputar mengelilingi kawasan Gunung Merapi dari sisi utara hingga sisi tenggara.

Hasil pemantauan udara, nampak kondisi alur-alur sungai yang cukup dalam. Jika ada potensi lahar panas yang menuju aliran sungai tersebut, diperkirakan sungai masih mampu menampung volume lahar.

Baca Juga: Peningkatan Aktivitas Vulkanik Gunung Merapi Jogjakarta Pengaruhi Cuaca Lokal

"Kalo ada potensi awan panas yang lari ke area-area sungai itu masih mencukupi," ujarnya.

Selama pengamatan dari udara, Hanik juga melihat adanya bekas guguran material lama yang jatuh ke arah kali senongo dan kali Laman.

Dalam pemantauan melalui udara ini kawasan puncak, dan kawah Gunung Merapi tidak dapat dilihat karena tertutup kabut sehingga terlihat mendung pekat.

"Mudah-mudahan nanti pasti masih kita tunggu pengembangan selanjutnya dalam artian disini volume kubah lava berapa, kemudian percepatan pertumbuhan kubah lava seperti apa, nah itu nanti akan juga menentukan alur atau seberapa lebih jelasnya untuk mengamati arah atau aliran awan panas ke alur arus sungai tadi," imbuhnya.

Upaya pemantauan melalui udara ini dilakukan dengan maksud untuk membantu para pengambil kebijakan untuk melihat lebih dekat terkait situasi Gunung Merapi saat ini.

Selain itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang menyebut Aktivitas vulkanik Gunung Merapi saat ini memberikan dampak terhadap kondisi cuaca disekitarnya.

Dengan Hawa panas disekitar kawah menimbulkan penguapan yang bergumpal sehingga berbentuk alam dan menyebabkan potensi hujan lokal yang akan dialami disekitar wilayah tersebut.

Baca Juga: Aktivitas Gunung Merapi Meningkat, Tanda Erupsi Semakin Dekat

Mendapat kabar tersebut, Petugas Balai Konservasi Borobudur (BKB) melakukan langkah antisipasi dengan menutup bangunan candi mengunakan terpaulin untuk menghindari potensi hujan jika terjadi erupsi Gunung Merapi.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang, Iis Widia Harmoko, Kota Semarang, terjadi peningkatan suhu panas disekitar wilayah memicu terjadinya penguapan sehingga berbentuk awan dan menyebabkan hujan lokal.

"Apalagi kalo misalnya aktivitas itu cukup banyak sehingga bisa bertambah sehingga menimbulkan awan yang bisa menimbulkan turbulasi yang cukup seperti halnya awan sipil atau sejenisnya," ujarnya.

Hujan lokal tersebut memiliki intensitas sedang hingga lebat. Dia mengimbau masyarakat sekitar daerah rawan merapi agar lebih waspada terkait potensinya terkait banjir bandang yang mampu membawa material dari Gunung seperti lumpur.

Menginformasi mengenai kondisi cuaca terkini disekitar merapi, BMKG Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang telah berkoordinasi dengan BMKG wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Baca Juga: Status Siaga Semakin Mengkhwatirkan, BNPB Luncurkan Aplikasi Pantau Real Time Gunung Merapi

Perkembangan cuaca tersebut dilaporkan secara berkala melalui media social resmi dari BMKG, kemudian dilanjutkan kepada BPBD agar informasi cuaca dapat disampaikan kepada masyarakat yang terdampak merapi.

Koordinator Kelompok Kerja Pemeliharaan Kawasan Cagar Budaya Borobudur  Bramantara di Magelang mengatakan bahwa BKB mengupayakan penutupan tiga Candi, diantaranya Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon.

"Proses penutupan ditargetkan selesai dalam waktu satu hingga dua minggu, akibat keterbatasan personel," ujarnya.

Penutupan bangunan candi dimulai dari bagian atas. Para pekerja naik dengan tangga kemudian terpaulin dinaikkan dengan cara ditarik menggunakan tambang.

Bramantara mengatakan upaya tersebut sebagai salah satu bentuk tanggap bencana dalam mengantisipasi erupsi Guung Merapi sehingga dampak hujan abu bisa diantisipasikan.

"Penutupan dengan terpaulin ini sebagai satu bentuk tanggap bencana jika nanti sewaktu-waktu Gunung Merapi meletus sehingga sejak awal sudah dilakukan antisipasi, terutama jika terjadi hujan abu," katanya.

Menurutnya kendala upaya tersebut yaitu keterbatasannya personel sehingga membutuhkan waktu satu hingga dua minggu kedepan untuk menyelesaikannya.

Baca Juga: Polres Klaten Siapkan 18 Motor Trail untuk Evakuasi Warga Lereng Gunung Merapi

Sejak awal November 2020, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menaikkan aktivtas vulkanik Gunung Merapi dari level II (Waspada) ke level III (Siaga). Satu level lagi sebagai level tertinggi, yakni level IV (Awas).***

Editor: Hanif Nasution

Sumber: antaranews BPPTKG

Tags

Terkini

Terpopuler