Kunjungan Kepala Pemerintah Tibet ke Gedung Putih Bisa Memicu Kemarahan Beijing

- 21 November 2020, 22:48 WIB
Orang-orang Tibet di pengasingan dan warga India setempat membakar bendera nasional Tiongkok selama protes di Dharmsala, India, Jumat, 19 Juni 2020. India mengatakan pada hari Kamis bahwa pihaknya menggunakan saluran diplomatik dengan Tiongkok untuk mengurangi ketegangan militer di daerah perbatasan Himalaya yang terpencil tempat 20 Tentara India terbunuh minggu ini.*
Orang-orang Tibet di pengasingan dan warga India setempat membakar bendera nasional Tiongkok selama protes di Dharmsala, India, Jumat, 19 Juni 2020. India mengatakan pada hari Kamis bahwa pihaknya menggunakan saluran diplomatik dengan Tiongkok untuk mengurangi ketegangan militer di daerah perbatasan Himalaya yang terpencil tempat 20 Tentara India terbunuh minggu ini.* /AP Photo/Ashwini Bhatia/
 
MEDIA PAKUAN - Kunjungan Kepala Pemerintahan Tibet ke Gedung Putih Amerika Serikat bisa memicu kemarahan Beijing, China.
 
Kunjungan yang dilakukan Pemerintah Tibet tersebut merupakan yang pertama kalinya dalam enam dekade terakhir.
 
Dilansir dari CNA, langkah yang dilakukan Tibet yang bisa memicu kemarahan ini,  karena Beijing menuduh Amerika Serikat berusaha membuat kawasan itu tidak stabil.
 
 
"Central Tibetan Administration(CTA) optimis pertemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya bisa berdampak positif terhadap hubungan dengan pejabat AS di tahun mendatang," ujar CTA di Dharamshala India.
 
Tibet merupakan wilayah yang diperselisihan oleh Amerika Serikat dan China, hubungan dua negara pemegang ekonomi terbesar dunia itu berada pada titik terendah dalam beberapa dekade.
 
 
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuduh Beijing pada Juli lalu telah melanggar hak asasi manusia, namun di sisi lain Tibet menyebutkan Washington mendukung otonomi untuk wilayah tersebut.
 
Pejabat Beijing sejak itu menuduh Amerika Serikat menggunakan Tibet untuk mencoba mempromosikan perpecahan di China. 
 
 
China juga menolak untuk terlibat dengan Destro. Negara tirai bambu tersebut menguasai Tibet sejak 1950, mereka menggambarkan sebagai pembebasan damai yang membantunya membuang masa lalu yang feodalis.
 
Akan tetapi kritikus yang dipimpin oleh pemimpin spiritual Dalai Lama mengatakan bahwa aturan Beijing sama dengan genosida budaya.
 
 
Presiden China Xi Jinping mengatakan pada Agustus bahwa China perlu membangun "benteng yang tak tertembus" di Tibet untuk melindungi persatuan nasional.***

Editor: A. Rohman

Sumber: CNA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x