Mohammed bin Salman Tolak Hadiri KTT G7 dan KTT Perdamaian Ukraina, Tapi Siap Hadir di KTT BRICS Rusia

- 14 Juni 2024, 13:03 WIB
Presiden Rusia, Vladimir Putin telah melakukan panggilan telepon dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS) untuk membahas banyak hal.
Presiden Rusia, Vladimir Putin telah melakukan panggilan telepon dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS) untuk membahas banyak hal. /Reuters/Pavel Golovkin/

MEDIA PAKUAN - Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Muhammad bin Salman Al Saud menolak untuk hadir dan berpartisipasi dalam KTT G7, yang berlangsung di Italia 13 hingga 15 Juni 2024.


Menurut BRICSinfo,Mohammed bin Salman kepada Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni mengatakan alasan ketidak hadirannya karena komitmennya untuk mengawasi musim haji tahun ini.


Namun sebaliknya, Mohammed bin Salman Al Saud, telah menyatakan kesiapannya untuk hadir dalam KTT BRICS tahun ini di Rusia, yang diselenggarakan oleh Vladimir Putin.


KTT ke-16 BRICS dijadwalkan akan diadakan di Kazan Rusia pada Oktober 2024, akan dihadiri oleh empat negara yang baru dilantik yaitu Uni Emirat Arab, Mesir, Iran, dan Ethiopia. 59 negara juga telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan BRICS pada tahun 2024


Langkah Mohammed bin Salman ini diduga juga dipicu oleh telah berakhirnya perjanjian petrodolar antara Arab Saudi dengan Amerika Serikat yang telah berlangsung dalam 50 tahun, dan tidak ada perjanjian baru yang dibuat.


Keputusan ini diambil hanya sehari setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengunjungi Riyadh, usai menandatangani perjanjian keamanan dengan Jepang dan Amerika Serikat.


KTT G7 yang dihadiri para pemimpin dari AS, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Inggris ini, akan membahas berbagai masalah global, termasuk konflik yang sedang berlangsung di Ukraina dan hubungan dengan China.


Pemilihan waktu pengambilan keputusan Putra Mahkota telah menimbulkan pertanyaan tentang sikap Arab Saudi terhadap konflik Ukraina dan hubungannya dengan negara-negara Barat.


Keputusan ini dipandang sebagai langkah yang sangat berani disaat banyak yang berpikir bahwa ia takut kepada AS. Bahkan ia memilih untuk tidak memperbarui perjanjian petrodolar.

Halaman:

Editor: M Hilman Hudori


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah