MEDIA PAKUAN - Ditengah tuduhan PBB atas pelanggaran hak asasi manusia atas penyiksaan oleh China terhadap penduduk Uighur di Provinsi Xinjiang.
Ribuan penduduk kota Ghulja di wilayah Xinjiang, yang sedang menghadapi lockdown memposting keluhan bahwa mereka diberi bahan makanan busuk dan ditolak perawatan medis kritis.
Penguncian di Ghulja juga menimbulkan ketakutan tersendiri bagi warga Uighur, penangkapan, pengobatan paksa, kerap terjadi terhadap kelompok etnis Turki yang bermukim di kawasan tersebut.
Baca Juga: Dmitry Medvedev: Ukraina Tawarkan Proyek Investasi dengan Jaminan Keamanan NATO, Itu Prolog Perang !
Kejadian kepada salah satu orang tua seorang mahasiswa Uighur di sebuah universitas di Eropa, Yasinuf, misalnya.
Yasinuf mengatakan, ibu mertuanya di Xinjiang mengirim pesan suara yang menakutkan dimana telah diseret dan dipaksa ke karantina hanya karena batuk ringan.
Ia juga diancam dan diingatkan bahwa suaminya telah berada di kamp selama lebih dari dua tahun.
Wilayah itu telah menjadi target tindakan kebrutalan polisi, yang menyeret sejumlah besar orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya ke kamp dan penjara-penjara.
Kurangnya pasokan kebutuhan harian dan obat-obatan setelah lebih dari 40 hari selama penguncian virus Covid19, membuat penduduk wilayah itu kelaparan.