MEDIA PAKUAN - Konflik tak berkesudahan berlatar belakang kepentingan vital Bendungan PLTA di Sungai Nil di antara Mesir, Sudan dan Ethiopia telah berlangsung selama lebih dari 10 tahun.
Perang regional antara tiga negara tersebut kali ini telah berada di ambang mata, setelah Mesir menyatakan ancamannya terhadap Ethiopia.
Sebelumnya pada akhir bulan Februari 2022, tanpa persetujuan Mesir dan Sudan, Ethiopia memutuskan untuk membangun pembangkit listrik tenaga air besar Hidase di Nil Biru, anak sungai kanan sungai terbesar di Afrika, Sungai Nil.
Mesir dan Sudan yang berada di hilir jalur perairan tersebut saat ini sedang berada di tengah kekhawatiran terhadap ancaman ketahanan pangan di dalam negerinya.
Baca Juga: Cek Keuangan Berdasarkan Ramalan 12 Zodiak Hari Ini: Cancer Peluang Terlilit Hutang Terjadi
Keberadaan PLTA dengan bendungan raksasa ini telah menjadi pemicu permusuhan yang mengarah pada perang regional diantara ketiga negara Afrika tersebut.
Selama lebih dari 10 tahun, Mesir, Sudan, dan Ethiopia telah melakukan negosiasi dimana Ethiopia menolak menandatangani perjanjian mengikat tentang pengisian dan pengoperasian Bendungan Renaissance Besar Ethiopia (GERD) itu.
Negosiasi selalu gagal walaupun telah dimediasi oleh PBB selama beberapa tahun ditambah penolakan Ethiopia dan pecahnya perang saudara di Ethiopia.
Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shukri, baru-baru ini dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, menyatakan ancamannya terhadap Ethiopia.
Baca Juga: Ramalan Cinta 12 Zodiak Hari Ini, Senin 1 Agustus 2022: Taurus Terjadi Gesekan dalam Hubungan
Ia mengatakan jika Ethiopia tidak memenuhi semua persyaratan untuk menyelesaikan krisis di sekitar pembangkit listrik tenaga air., maka Kairo berhak untuk menggunakan segala cara, untuk melindungi kepentingan nasionalnya.
Dengan pernyataan tersebut maka Mesir, dengan jumlah populasinya yang melebihi 106 juta orang, akan membiarkan pecahnya permusuhan karena bendungan itu.
Dengan pernyataan tersebut maka Mesir, dengan jumlah populasinya yang melebihi 106 juta orang, akan membiarkan pecahnya permusuhan karena bendungan itu.
Mesir selama ini dikenal giat berdiplomasi dengan negara-negara tetangganya di benua Afrika, kini merubah sikapnya karena dilanda kelangkaan pangan terburuk yang diakibatkan krisis pangan global.
Sementara itu dengan adanya bendungan GERD, Sudan khawatir bahwa bendungan Roseires, yang menjadi salah satu sumber irigasi dan PLTA yang paling penting, akan terpengaruh oleh kurangnya sumber daya air yang melalui jalur Ethiopia.
Disisi lain Ethiopia dengan jumlah penduduknya yang mencapai 121 juta jiwa, hampir separuhnya saat ini telah kehilangan akses listrik.
Selama ini, Ethiopia memandang Mesir dan Sudan telah merebut haknya atas perairan Nil, yang telah menyebabkan kemiskinan untuk waktu yang lama.
Negara itu percaya bahwa waktunya telah tiba untuk bertindak atas apa yang diyakininya tentang kepemilikannya atas Sungai Nil Biru. ***