Aset Afganistan Tidak Dibekukan, AS Menipu Taliban

- 3 Juni 2022, 11:11 WIB
Aset Afganistan Tidak Dibekukan,  AS Menipu Taliban
Aset Afganistan Tidak Dibekukan, AS Menipu Taliban /Husni habib /Pixabay
 
MEDIA PAKUAN - Sejak mengambil kekuasaan Afghanistan pada Agustus 2021. Pada awal pemerintahannya, Taliban dengan ciri khas gerakannya mencoba untuk menggambarkan diri mereka sebagai gerakan modern.
 
Mencoba mengubah citra di hadapan dunia internasional, namun tidak bisa sepenuhnya menghindari pelaporan kekerasan dan tindakan represifnya terhadap lawan politik. 
 
Upaya-upaya yang dilakukan Taliban ditujukan diantaranya untuk mendapatkan aset Afghanistan yang dibekukan.
 
Baca Juga: Tentara Bayaran Asing di Ukraina Jauh Berkurang: Dikorbankan Sejak Awal
 
AS  tidak memandang tindakan Taliban ini, karena  sebenarnya aset Afghanistan tidak pernah dibekukan dan bahkan jika AS membekukannya, aset tetap tidak akan diberikan.
 
Namuns setelah gagal menerima dana yang jatuh tempo, setelah sekian lama menunggu,  Taliban justru mendapatkan keberuntungan yang lain.  
 
Setelah lama melakukan pembicaraan dengan UEA, Turki dan Qatar, pada Selasa 24 Mei 2022, Taliban mengumumkan kesepakatannya dengan perusahaan Uni Emirat Arab untuk mengelola tiga bandara di Afghanistan.
 

Berdasarkan kesepakatan tersebut, GAAC Solutions, perusahaan yang berkantor di Abu Dhabi itu, akan mengelola bandara di Herat, Kabul dan Kandahar.

Dalam konferensi pers di Kabul, mereka menyatakan bahwa kesepakatan telah  ditandatangani oleh direktur pelaksana GAAC, yang juga ditandatangani oleh Wakil Menteri Ad Interim Urusan Transportasi dan Penerbangan Taliban, Ghulam Jelani Wafa. 

Penandatanganan juga dihadiri oleh Wakil Perdana Menteri Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar.
 
 
Ghulam Jailani Wafa mengatakan “ Ketika kami berada dalam situasi yang sulit dan darurat, UEA memberi kami bantuan teknis dan perbaikan terminal gratis.”
 
"Perlu dicatat bahwa Qatar dan Turki, sebelumnya meminta partisipasi dalam pengelolaan bandara Afghanistan, " ungkapnya.

PBB melaporkan bahwa Taliban tetap mempertahankan hubungan dengan jaringannya, yang berada di anak benua India yang berbasis di provinsi Ghazni, Helmand, Kandahar, Nimruz, Paktika dan Zabul.
 
 
Jaringan itu memiliki lebih dari 400 anggota militer, yang terdiri dari warga negara Bangladesh, India, Myanmar dan Pakistan. 
 
Pakar PBB mencatat bahwa dalam satu atau dua tahun ke depan, Al-Qaeda tidak akan melakukan aktivitas diluar Afghanistan,  karena berkurangnya pasukan dan kendali Taliban.
 
Pengekangan Taliban tersebut disebabkan oleh kebutuhan untuk melawan oposisi di dalam Afghanistan, yang muncul secara berkala.
 

Taliban juga tetap menjaga hubungan dengan kelompok Pakistan Lashkar-e-Tayyiba dan Jaish-e-Mohammed.
 
Jaish-e-Mohammed mengoperasikan 8 kamp pelatihan di provinsi Nangarhar, yang tiga di antaranya dikendalikan oleh Taliban. 
 
Sementara Lashkar-e-Tayyiba memiliki 3 kamp pelatihan di provinsi Kunar dan Nangarhar, sebelumnya kelompok ini telah memberikan bantuan keuangan dan melatih Taliban. 
 
 
Laporan tersebut didukung fakta pada Oktober 2021, pemimpin Lashkar-e-Tayyiba,  Maulawi Asadullah telah bertemu dengan Wakil Menteri Dalam Negeri Taliban Nur Jalil . 
 
Dan pada Januari 2022, delegasi Taliban juga telah mengunjungi kamp pelatihan Lashkar-e-Tayyiba di distrik Haska Mena di Nangarhar.

Laporan itu juga menyebutkan adanya perpecahan di dalam Taliban antara  kelompok moderat, dibawah Baradar, dan kelompok radikal di Kandahar.
 
 
Kaum moderat lebih menginginkan untuk berintegrasi ke dalam komunitas dunia, khususnya ke dalam sistem keuangan, dan pengembangan hubungan luar negeri.. 
 
Sedangkan kaum radikal lebih berkomitmen pada ideologi dan kurang memperhatikan hubungan masyarakat internasional. 
 
Sirajuddin Haqqani dan Jaringannya, terlepas dari kedekatan ideologis mereka dengan kaum radikal, lebih menganjurkan perlindungan pragmatis terhadap kepentingan Taliban.***

Editor: Adi Ramadhan

Sumber: Ea Daily


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x