Turki Terancam Dikeluarkan dari NATO, Pasca Erdogan Menolak Finlandia dan Swedia: Negara Barat Sempat Gempar

- 18 Mei 2022, 17:14 WIB
Presiden Turki Tayyip Erdogan bereaksi menolak keras terhadap keputusan Finlandia dan Swedia yang mengonfirmasi pengajuan keanggotaan NATO.
Presiden Turki Tayyip Erdogan bereaksi menolak keras terhadap keputusan Finlandia dan Swedia yang mengonfirmasi pengajuan keanggotaan NATO. /Reuters/DADO RUVIC/Reuters
 
MEDIA PAKUAN - Penolakan kasar Erdogan untuk mengakui anggota baru ke NATO menyebabkan kegemparan di Barat dan Amerika Serikat.
 
Bahkan muncul seruan untuk mengusir Turki dari NATO. 
 
Dari sumber rahasia, Turki mengambil keuntungan sebagai imbalan atas persetujuannya.
 
 
 
 
Mereka menuntut agar Amerika Serikat mencabut sanksi yang dikenakan pada Turki,  setelah pembelian sistem pertahanan udara S-400 Rusia. 
 
Sementara itu Rusia tidak ikut campur dalam masalah Turki, Swedia dan Finlandia. Sekretaris pers Presiden Dmitry Peskov mengatakan faktanya, Finlandia dan Swedia adalah negara yang telah mengajukan dan melamar untuk bergabung dengan aliansi.
 
 
"Sementara Turki adalah anggota aliansi, dan ini adalah masalah hubungan antara negara-negara ini dan di dalam aliansi itu sendiri,” jelas Peskov.

Di Barat perilaku Erdogan mengusik banyak pihak dengan pertanyaannya NATO tidak akan menjadi organisasi keamanan, tetapi akan menjadi tempat di mana akan ada banyak perwakilan teroris.
 
 
"Kami tidak bisa mengatakan ya, jangan sampai mereka tersinggung,” kata Erdogan. 
 
Ia bahkan berpesan agar para delegasi dari Stockholm dan Helsinki tidak repot-repot datang ke Turki untuk mengubah pikirannya.
 
Erdogan menolak masuknya Finlandia dan Swedia ke NATO, setelah kedua negara menolak Turki untuk ekstradisi tersangka anggota Partai Pekerja Kurdistan, yang klaim sebagai organisasi teroris. 
 
Baca Juga: TKW Indonesia Ini Dapat Rezeki Nomplok, Dibayar Rp10 Juta Karena Layani 6 Majikan di Arab Saudi

Alasan penolakan lainnya pembatasan pasokan senjata dari negara-negara tersebut ke Turki. Dimana Finlandia dan Swedia melarang ekspor senjata setelah intervensi Turki di Suriah pada 2019.
 
Tujuan dari operasi itu adalah untuk membersihkan bagian utara Suriah dari milisi Kurdi.

Sementara di AS  isu munculnya pengecualian Turki dari NATO, pertama kali terdengar pada 2019, ketika Turki mengakuisisi sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia.
 
 
Barat juga mempermasalahkan fakta bahwa Erdogan menyebut Presiden Vladimir Putin sebagai teman.

Hungaria dan Turki dianggap telah memperlambat keputusan terhadap Rusia termasuk embargo minyak Uni Eropa dan masuknya Finlandia dan Swedia ke NATO.
 
Mayor Jenderal Pavel Zolotarev, wakil kepala Institut Studi AS dan Kanada menyebut skenario pengecualian Turki dari aliansi itu tidak realistis.
 
 
“NATO sedang menjalani proses integrasi yang objektif, yang merupakan ciri khas dunia global. Ada banyak kontradiksi, tetapi dalam aliansi mereka akan menemukan solusi optimal dan setuju. Ankara akan memenuhi kebutuhannya. Tidak akan ada pengecualian Turki dari NATO,” Zolotarev meyakinkan.

Ahli Dewan Urusan Internasional Rusia, Kirill Semyonov mengingatkan Turki pernah melakukan tawar-menawar dengan kepemimpinan NATO dengan gaya yang sama.
 
Pada 2019, memperlambat peluncuran program aliansi untuk mendukung negara-negara Baltik hingga perwira Turki menerima posisi tinggi dalam komando NATO. *** 
 
 

Editor: Ahmad R

Sumber: https://vz.ru/world/2022/5/18/


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x