MEDIA PAKUAN - Dampak perang Rusia - Ukraina mempengaruhi pasokan mie instan Indonesia yang terkenal di dunia.
Pada tahun 2019-2020 Ukraina memasok gandum sebanyak 2,9 juta ton, sedangkan pada 2021 pasokannya meningkat menjadi 3 juta ton.
Pengiriman sebagian besar melalui pelabuhan Odessa, Pivdennyi, Mykolayiv, dan Chornomorsk yang sekarang dalam kedaan rusak parah.
Baca Juga: Diledek Sebagai Pewaris Buaya, Fadly Faisal Malah Membenarkan
Pemblokadean di laut hitam oleh Rusia menjadikan biaya asuransi meningkat bahkan tidak tersedia untuk kapal curah dunia.
Rusia, yang bersama dengan Ukraina menyumbang 25% dari perdagangan gandum dunia, mengekspor 1,2 juta ton biji-bijian ke Indonesia pada 2018 dan 500.000 ton lagi pada 2019, tetapi tidak ada pengiriman sejak itu.
Pemblokadean di laut hitam oleh Rusia menjadikan biaya asuransi meningkat bahkan tidak tersedia untuk kapal curah dunia.
Rusia, yang bersama dengan Ukraina menyumbang 25% dari perdagangan gandum dunia, mengekspor 1,2 juta ton biji-bijian ke Indonesia pada 2018 dan 500.000 ton lagi pada 2019, tetapi tidak ada pengiriman sejak itu.
Duta Besar Ukraina di Indonesia, Vasyl Hamianin mengatakan "Ukraina telah kehilangan US$1,2 miliar dalam ekspor biji-bijian, Jika kita gagal panen tahun ini, itu akan menjadi bencana bagi seluruh dunia, untuk Asia dan Afrika,” katanya.
Ukraina mengambil alih peran Australia yang dilanda kekeringan berturut-turut pada 2019 - 2020, dengan meraih hingga 30% dari pangsa pasar Indonesia, diikuti oleh Kanada (22%), Argentina (18%), Amerika Serikat (13%) dan Australia ( 11%).
Baca Juga: Ditengah Konflik Rusia-Ukraina, ISIS Bersumpah 'Balas Dendam' Atas Kematian Mantan Pemimpinnya
Pada 2021 Australia kembali merebut tempatnya dengan menyusul kembalinya panen raya di Australia Barat, New South Wales, Victoria, dan Queensland.
Indonesia menjadi importir gandum terbesar ke 3 di dunia setelah Mesir dan Turki.
Konsumsi gandum Indonesia sebagian besar diwakili oleh mie, adalah 26,4 kilogram per kapita tahun lalu, dengan analis memperkirakan akan mencapai 28,6 kg selama delapan tahun ke depan seiring dengan pertumbuhan populasi.***