Menurut pernyataan di situs misi China untuk Uni Eropa, China tidak membutuhkan ceramah dari para pelanggar hukum internasional.
"Orang-orang China dapat sepenuhnya berbagi rasa sakit dan penderitaan negara lain, karena kami tidak akan pernah melupakan siapa yang membom kedutaan kami di Yugoslavia. Dan kami tidak membutuhkan kuliah tentang keadilan dari pelanggar hukum internasional,"katanya
Baca Juga: Memilukan! Kisah Bayi Keluar dari Mayat yang Sedang Dimandikan Pemandi Jenazah, Apa yang Terjadi?
Baca Juga: Saweran Rp1 Miliar, Youtuber Reza Arap Diperiksa: Pasca Doni Salmanan Ditetapkan Tersangka Penipuan
Pesan tersebut dipublikasikan menanggapi kritik NATO, terkait posisi China pada krisis Ukraina.
Sebagai sisa dari Perang Dingin dan aliansi militer terbesar di dunia, NATO terus memperluas geografi dan jangkauan operasinya, kata pernyataan itu.
"NATO perlu berpikir keras tentang peran yang dimainkannya dalam membawa perdamaian dan stabilitas dunia," kata teks itu.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg meminta China untuk mengutuk tindakan Rusia di Ukraina.
Pada tanggal 7 Mei 1999, serangan bom NATO menghantam Kedutaan Besar China di Beograd, menewaskan tiga orang dan melukai lebih dari 20 orang.
Baca Juga: Mendukung Rusia Invasi Ukraina, Australia Ancam China Diberikan Sanksi: Serukan Hentikan Kekerasan
Kementerian Luar Negeri China telah berulang kali menekankan bahwa China selalu bertindak objektif dan tidak memihak terkait krisis Ukraina.
Tidankan itu membuat penilaian independen dan menentukan posisinya sendiri berdasarkan esensi masalah itu sendiri, dan selalu menyerukan dialog dan negosiasi untuk mendinginkan situasi.***